2 Korintus 1:3-20

2 Korintus 1:3-20 FAYH

Alangkah mulianya Allah yang kita sembah. Dialah Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, sumber segala kemurahan. Dia pulalah yang memberikan penghiburan dan kekuatan kepada kita pada waktu kita dalam kesulitan dan cobaan. Mengapa Allah berbuat demikian? Supaya pertolongan dan penghiburan yang kita terima dari Dia dapat kita sampaikan kepada orang lain yang hidup dalam kesulitan dan memerlukan simpati dan dorongan. Saudara hendaknya yakin, bahwa makin banyak kita merasakan penderitaan bagi Kristus, makin banyak pula Kristus memberikan penghiburan dan dorongan kepada kita. Kalau kami mengalami banyak kesulitan, itu terjadi supaya Saudara mendapatkan keberanian demi keselamatan Saudara sekalian. Dan kalau kami dihibur, itu terjadi supaya Saudara mendapatkan kekuatan untuk bertahan penderitaan yang sama seperti kami. Saudara sekalian yang saya kasihi, saya kira ada baiknya kalau Saudara tahu mengenai kesulitan yang harus kami alami di Asia. Kami sungguh-sungguh tertindas, bingung, dan putus asa, serta mengira kami akan mati dalam kesulitan-kesulitan itu. Kami merasa, bahwa ajal kami hampir sampai. Kami sadar, bahwa kami tidak berdaya menolong diri sendiri. Tetapi hal itu baik, sebab dengan demikian kami menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Allah. Hanya Dialah yang dapat menyelamatkan kami, karena orang mati sekalipun dapat dibangkitkan-Nya. Sesungguhnyalah Ia menolong kami dan menyelamatkan kami dari kematian yang mengerikan. Kami yakin, bahwa Allah akan selalu menyelamatkan kami. Tetapi Saudara harus membantu kami dengan mendoakan kami. Dengan demikian, pada waktu Allah menyelamatkan kami dari bahaya sebagai jawaban doa Saudara, maka Saudara akan mengucap syukur dan menaikkan puji-pujian ke hadirat-Nya. Kami senang sekali dapat mengatakan bahwa kami tulus dan jujur dalam segala perbuatan kami. Kami menyandarkan diri kepada Tuhan dan bukan kepada kecakapan kami sendiri, lebih-lebih dalam tindak-tanduk kami terhadap Saudara sekalian. Surat-surat saya selalu berterus terang serta tulus, tanpa maksud-maksud tersembunyi. Walaupun Saudara tidak begitu mengenal saya (saya harap pada suatu hari kelak Saudara akan benar-benar mengenal saya), saya ingin supaya Saudara menerima saya dan bangga akan saya, sebagaimana saya kelak bangga akan Saudara pada waktu Tuhan Yesus datang lagi. Saya yakin benar akan pengertian dan kepercayaan Saudara kepada saya. Karena itulah dahulu saya bermaksud singgah dan menemui Saudara dalam perjalanan saya ke Makedonia dan kemudian singgah lagi dalam perjalanan pulang, supaya saya dapat membawa berkat dua kali kepada Saudara dan supaya Saudara dapat memberi pertolongan kepada saya untuk melanjutkan perjalanan ke Yudea. Saudara mungkin bertanya, kalau demikian, mengapa saya mengubah rencana saya? Apakah pada waktu itu saya belum mengambil keputusan yang pasti? Atau apakah saya seperti orang duniawi yang mengatakan “ya”, padahal sebenarnya yang dimaksudkan ialah “tidak”? Sekali-kali bukan demikian! Sama pastinya seperti Allah itu benar, saya pasti bukan orang semacam itu. Kalau saya mengatakan “ya”, maka saya maksudkan “ya”. Saya dan Timotius serta Silwanus telah memberitakan Yesus Kristus, Anak Allah, kepada Saudara sekalian. Ia tidak mengatakan “ya” kalau maksud-Nya “tidak”. Tindakan-Nya tidak pernah bertentangan dengan ucapan-Nya. Ia melaksanakan serta menggenapi semua janji Allah, betapa pun banyaknya janji-janji itu; dan demi kemuliaan nama-Nya sudah kami beritakan kepada semua orang betapa besar kesetiaan-Nya.