Kisah Para Rasul 22:1-29
Kisah Para Rasul 22:1-29 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
”Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah, apa yang hendak kukatakan kepadamu sebagai pembelaan diri.” Ketika orang banyak itu mendengar ia berbicara dalam bahasa Ibrani, makin tenanglah mereka. Ia berkata: ”Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini. Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara. Tentang hal itu baik Imam Besar maupun Majelis Tua-tua dapat memberi kesaksian. Dari mereka aku telah membawa surat-surat untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum. Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku. Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu. Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar. Maka kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu. Dan karena aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu, maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik. Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ. Ia datang berdiri di dekatku dan berkata: Saulus, saudaraku, bukalah matamu dan melihatlah! Dan seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia. Lalu katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan! Sesudah aku kembali di Yerusalem dan ketika aku sedang berdoa di dalam Bait Allah, rohku diliputi oleh kuasa ilahi. Aku melihat Dia, yang berkata kepadaku: Lekaslah, segeralah tinggalkan Yerusalem, sebab mereka tidak akan menerima kesaksianmu tentang Aku. Jawabku: Tuhan, mereka tahu, bahwa akulah yang pergi dari rumah ibadat yang satu ke rumah ibadat yang lain dan yang memasukkan mereka yang percaya kepada-Mu ke dalam penjara dan menyesah mereka. Dan ketika darah Stefanus, saksi-Mu itu, ditumpahkan, aku ada di situ dan menyetujui perbuatan itu dan aku menjaga pakaian mereka yang membunuhnya. Tetapi kata Tuhan kepadaku: Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain.” Rakyat mendengarkan Paulus sampai kepada perkataan itu; tetapi sesudah itu, mereka mulai berteriak, katanya: ”Enyahkan orang ini dari muka bumi! Ia tidak layak hidup!” Mereka terus berteriak sambil melemparkan jubah mereka dan menghamburkan debu ke udara. Karena itu kepala pasukan memberi perintah untuk membawa Paulus ke markas dan menyuruh memeriksa dan menyesah dia, supaya dapat diketahui apa sebabnya orang banyak itu berteriak-teriak sedemikian terhadap dia. Tetapi ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: ”Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?” Mendengar perkataan itu perwira itu melaporkannya kepada kepala pasukan, katanya: ”Apakah yang hendak engkau perbuat? Orang itu warganegara Rum.” Maka datanglah kepala pasukan itu kepada Paulus dan berkata: ”Katakanlah, benarkah engkau warganegara Rum?” Jawab Paulus: ”Benar.” Lalu kata kepala pasukan itu: ”Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal.” Jawab Paulus: ”Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku.” Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum.
Kisah Para Rasul 22:1-29 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
“Bapak-bapak dan Saudara-saudara sekalian! Saya akan mengemukakan pembelaan saya kepadamu. Coba dengarkan!” Ketika mereka mendengar Paulus berbicara dalam bahasa Ibrani, mereka menjadi lebih tenang lagi. Maka Paulus meneruskan keterangannya. “Saya orang Yahudi,” kata Paulus, “saya lahir di Tarsus di negeri Kilikia, tetapi saya dibesarkan di sini di Yerusalem dan dididik dengan cermat oleh guru besar Gamaliel dalam hukum yang diberikan Musa kepada nenek moyang kita. Sama seperti Saudara-saudara sekalian di sini hari ini, saya pun sangat giat untuk Allah. Saya menganiaya sampai mati pengikut-pengikut ajaran baru itu. Mereka semua, baik laki-laki maupun perempuan, saya tangkap dan masukkan ke dalam penjara. Imam agung sendiri dan seluruh Mahkamah Agama dapat memberi kesaksian bahwa saya tidak berbohong. Sebab mereka itulah yang sudah memberikan kepada saya surat pengantar yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik. Dengan surat itu saya boleh menangkap di sana orang-orang yang percaya kepada ajaran itu, dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum.” “Waktu saya sedang dalam perjalanan dan hampir sampai di Damsyik, waktu tengah hari, suatu cahaya yang terang sekali tiba-tiba memancar dari langit di sekeliling saya. Saya rebah ke tanah lalu saya mendengar suatu suara berkata kepada saya, ‘Saulus, Saulus! Mengapa engkau menganiaya Aku?’ Lalu saya bertanya, ‘Siapakah Engkau, Tuan?’ ‘Akulah Yesus orang Nazaret itu yang kauaniaya,’ jawab-Nya. Orang-orang yang ada di situ bersama-sama saya melihat cahaya itu, tetapi mereka tidak mendengar suara yang berbicara kepada saya. Lalu saya bertanya pula, ‘Saya harus berbuat apa, Tuhan?’ Tuhan menjawab, ‘Bangunlah dan masuk ke Damsyik. Di sana nanti engkau akan diberitahu mengenai semua yang Allah mau engkau lakukan.’ Saya menjadi buta karena cahaya yang menyilaukan itu. Jadi kawan-kawan saya menuntun saya masuk ke Damsyik. Di situ ada seorang bernama Ananias. Ia seorang yang saleh dan taat menjalankan hukum Musa. Semua orang Yahudi yang tinggal di Damsyik sangat menghormati dia. Ia datang menengok saya, lalu berdiri di sebelah saya dan berkata, ‘Saudara Saulus, hendaklah kau melihat lagi!’ Saat itu juga saya mengangkat muka saya, lalu melihat dia. Kemudian ia berkata kepada saya, ‘Allah nenek moyang kita sudah memilih engkau supaya engkau mengetahui kehendak-Nya, dan melihat Yesus, Hamba Allah yang melakukan kehendak Allah serta mendengar suara Yesus sendiri. Engkau akan menjadi saksi untuk mengabarkan kepada semua orang apa yang engkau sudah lihat dan dengar. Sekarang jangan lagi menunggu lama-lama. Bangunlah, dan berilah dirimu dibaptis. Berserulah kepada Tuhan supaya engkau dibebaskan dari dosa-dosamu.’ ” “Saya kembali ke Yerusalem, dan ketika saya sedang berdoa di Rumah Tuhan, saya dikuasai Roh Allah. Saya melihat Tuhan; Ia berkata kepada saya, ‘Cepat tinggalkan Yerusalem, sebab orang-orang di sini tidak akan menerima kesaksianmu tentang Aku.’ Saya berkata, ‘Tuhan, mereka tahu betul bahwa saya sudah memasuki rumah-rumah ibadat untuk menangkap mereka dan memukul orang-orang yang percaya kepada-Mu. Begitu juga ketika saksi-Mu Stefanus dibunuh mati, saya sendiri berada di situ dan menyetujui pembunuhan itu. Malah sayalah yang menunggui pakaian orang-orang yang membunuh dia.’ Tetapi Tuhan berkata lagi kepada saya, ‘Pergilah saja, sebab Aku akan menyuruh engkau pergi ke tempat yang jauh kepada orang-orang bukan Yahudi.’ ” Orang-orang masih terus mendengarkan Paulus berbicara, tetapi pada kalimat yang terakhir itu mereka berteriak sekeras-kerasnya, “Bunuh saja orang yang seperti itu. Ia tidak patut hidup!” Sambil berteriak, mereka mengebas jubah mereka, dan mengepulkan debu ke udara. Maka komandan pasukan Roma itu menyuruh Paulus dibawa ke markas supaya ia diperiksa di situ dengan kekerasan untuk mengetahui apa sebab orang-orang Yahudi berteriak begitu terhadap dia. Tetapi waktu Paulus sudah diikat untuk dicambuk, Paulus berkata kepada perwira yang berdiri di situ, “Apakah diperbolehkan mencambuk seorang warga kerajaan Roma sebelum ia diadili?” Mendengar itu, perwira itu pergi kepada komandan pasukan dan berkata, “Apa ini yang akan Bapak lakukan? Orang ini warga negara Roma!” Maka komandan itu pergi kepada Paulus dan bertanya, “Coba beritahukan, apakah engkau warga negara Roma!” “Ya,” kata Paulus, “saya warga negara Roma.” Komandan itu berkata pula, “Saya menjadi warga negara Roma dengan membayar banyak sekali!” Paulus menjawab, “Tetapi saya lahir sebagai warga negara Roma.” Saat itu juga anggota-anggota tentara yang mau memeriksa Paulus itu, mundur dan komandan itu pun menjadi takut karena ia sudah memborgol Paulus, padahal Paulus warga negara Roma.
Kisah Para Rasul 22:1-29 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
“Saudara-saudara dan Bapak-bapak, dengarkanlah pembelaan saya.” Ketika mereka mendengar Paulus berbicara dalam bahasa Ibrani, mereka menjadi lebih tenang lagi. Lalu dia lanjut bicara, “Saya orang Yahudi, yang dilahirkan di provinsi Kilikia di kota Tarsus, tetapi saya dibesarkan di kota ini. Saya murid Gamaliel, dan saya dididik dengan ketat menurut hukum nenek moyang kita. Jadi saya sungguh-sungguh taat kepada Allah, sama seperti kalian hari ini. Karena itu, saya pernah menganiaya semua pengikut ‘jalan’ yang diajarkan Yesus, bahkan sampai setuju terhadap hukuman mati yang dijatuhkan pada mereka. Saya juga menangkap dan memasukkan mereka ke penjara, baik laki-laki maupun perempuan. Imam besar dan semua pemimpin Yahudi bisa bersaksi tentang hal itu. Karena dari merekalah saya menerima surat-surat kuasa yang ditujukan kepada para pemimpin rumah-rumah pertemuan di Damsik, supaya ketika saya datang, saya diizinkan meringkus orang-orang yang mengikuti gerakan itu untuk dihukum di Yerusalem. “Tetapi ketika saya dalam perjalanan mendekati Damsik, kira-kira tengah hari, tiba-tiba cahaya yang sangat terang memancar dari langit menyelubungi saya. Lalu saya terjatuh ke tanah dan mendengar suara yang berkata, ‘Saulus, Saulus, mengapa kamu menganiaya Aku?’ “Saya menjawab, ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ “Lalu kata-Nya, ‘Akulah Yesus dari Nazaret, yang kamu aniaya itu.’ Orang-orang yang ikut bersama saya juga melihat cahaya itu dan ketakutan, tetapi mereka tidak mengerti suara yang berbicara kepada saya. “Lalu saya bertanya, ‘Apa yang harus aku perbuat, Tuhan?’ “Dan Tuhan menjawab, ‘Berdirilah dan pergi ke Damsik. Di sana akan diberitahukan kepadamu semua hal yang sudah Aku rencanakan untuk kamu kerjakan.’ “Tetapi karena cahaya yang terlalu silau tadi, mata saya menjadi buta. Jadi saya masuk ke kota dengan dituntun oleh teman-teman seperjalanan. Di Damsik, ada seorang yang bernama Ananias. Dia sangat setia menaati hukum Taurat, dan semua orang Yahudi di kota itu menghormatinya. Dia datang berdiri di samping saya dan berkata, ‘Saudara Saulus, biarlah kamu dapat melihat kembali!’ Dan saat itu juga saya bisa melihat dia. “Lalu kata Ananias, ‘Allah nenek moyang kita sudah memilih kamu untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk mendengar suara Yesus secara langsung, dan melihat Dia yang selalu hidup benar di mata Allah. Hal-hal itu terjadi karena Dia sudah menetapkan kamu untuk memberitakan kesaksian kepada semua orang tentang apa yang sudah kamu lihat dan dengar. Jadi tunggu apa lagi?! Berdirilah dan hendaklah kamu dibaptis. Berdoalah kepada Tuhan Yesus supaya kamu dibersihkan dari dosa-dosamu.’ “Sesudah saya kembali ke Yerusalem dan sedang berdoa di rumah Allah, saya mendapat suatu penglihatan. Dalam penglihatan itu tampaklah Yesus berkata, ‘Cepat pergi dari Yerusalem, karena orang-orang di sini tidak akan menerima kesaksianmu tentang Aku.’ “Tetapi saya menjawab, ‘Tuhan, mereka tahu bahwa saya pernah masuk ke rumah-rumah pertemuan untuk memukuli orang-orang yang percaya kepada-Mu dan memasukkan mereka ke penjara. Dan ketika Stefanus, saksi-Mu yang setia itu dibunuh, saya juga berdiri di sana dan mendukung pembunuhannya. Bahkan saya menjaga jubah para pembunuh itu.’ “Kemudian Yesus berkata kepada saya, ‘Pergilah! Karena Aku akan mengutus kamu ke tempat-tempat yang jauh, yaitu kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi.’” Sampai di sinilah orang banyak itu mau mendengarkan Paulus. Begitu mendengar “bangsa-bangsa bukan Yahudi”, mereka langsung berteriak-teriak, “Binasakan orang itu! Dia tidak pantas hidup!” Sambil berteriak-teriak, mereka melepaskan jubah mereka dan melempar-lemparkan debu ke udara. Dengan cepat, komandan batalion menyuruh supaya Paulus dibawa masuk ke dalam markas. Lalu dia memberi perintah supaya Paulus dicambuk sambil diinterogasi, untuk mengetahui kenapa orang banyak tadi berteriak-teriak seperti itu terhadapnya. Tetapi ketika tentara-tentara mengikat Paulus untuk dicambuk, dia bertanya kepada salah seorang komandan kompi yang berdiri di situ, “Apakah kalian diperbolehkan mencambuk seorang warga negara Roma sebelum dia diadili?” Mendengar kata-kata Paulus, komandan kompi itu pun pergi kepada komandan batalion dan berkata, “Tolong pertimbangkan lagi apa yang hendak Bapak lakukan terhadap orang itu! Dia warga negara Roma.” Maka komandan batalion itu mendatangi Paulus dan bertanya, “Katakanlah kepada saya: Apa benar kamu warga negara Roma?” “Benar,” jawab Paulus. Karena menganggap Paulus berbohong, komandan itu mengejek dia berdasarkan pengakuan palsu yang biasa diberikan oleh tahanan Yahudi, “Ha, begitu ya. Pasti kamu juga sudah membayar mahal untuk membeli kewarganegaraan itu.” Tetapi Paulus menjawab, “Bukan. Saya dilahirkan sebagai warga negara Roma.” Waktu mendengar jawaban itu, mereka yang ditugaskan mencambuk dia langsung mundur. Komandan batalion itu pun menjadi takut ketika menyadari bahwa Paulus— yang sudah dia suruh untuk diikat tanpa diperiksa lebih dulu— ternyata adalah warga negara Roma.
Kisah Para Rasul 22:1-29 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
“BAPAK-BAPAK dan Saudara-saudara, dengarkanlah pembelaan yang saya ajukan.” Ketika mereka mendengar Paulus berbicara dalam bahasa Aram, mereka menjadi lebih tenang lagi. “Saya orang Yahudi,” katanya, “saya dilahirkan di Tarsus, sebuah kota di Kilikia, tetapi saya dididik di sini di Yerusalem di bawah asuhan Gamaliel, yang telah mengajar saya untuk mengikuti hukum dan adat istiadat Yahudi dengan cermat. Saya berhasrat memuliakan Allah dalam setiap perbuatan saya, sama seperti yang telah Saudara lakukan pada hari ini. Saya menganiaya orang Kristen tanpa ampun. Baik laki-laki maupun perempuan saya tangkap dan saya jebloskan ke dalam penjara. Imam besar dan setiap anggota Majelis Tua-tua dapat memberi kesaksian tentang hal itu, karena dari mereka saya meminta surat yang ditujukan kepada para pemimpin orang Yahudi di Damsyik. Surat itu berisi instruksi agar membolehkan saya membelenggu setiap orang Kristen yang saya jumpai di sana dan membawanya ke Yerusalem untuk dihukum. “Dalam perjalanan, kira-kira pada tengah hari, ketika saya hampir sampai di Damsyik, suatu cahaya yang terang benderang dari langit menyinari tempat di sekeliling saya. Saya rebah ke tanah dan mendengar suara berkata kepada saya, ‘Saulus, Saulus, apa sebabnya engkau menganiaya Aku?’ “ ‘Siapakah yang berbicara?’ tanya saya. Suara itu menjawab, ‘Akulah Yesus dari Nazaret, yang kauaniaya.’ Orang-orang yang menyertai saya melihat cahaya itu, tetapi tidak mengerti apa yang dikatakan. “Lalu saya berkata, ‘Apa yang harus saya lakukan, Tuhan?’ “Dan Tuhan berkata kepada saya, ‘Bangkit dan pergilah ke Damsyik. Di sana engkau akan diberi tahu mengenai apa yang akan kauhadapi dalam tahun-tahun mendatang.’ “Mata saya dibutakan oleh cahaya yang menyilaukan itu dan saya harus dituntun ke Damsyik oleh teman-teman seperjalanan saya. Di Damsyik datanglah kepada saya seseorang bernama Ananias, yang sangat saleh serta taat kepada hukum Yahudi dan sangat disegani oleh orang-orang Yahudi di Damsyik. Ia berdiri di samping saya serta berkata, ‘Saudara Saulus, terimalah kembali penglihatan Saudara.’ Pada saat itu juga saya dapat melihat dia! “Lalu ia berkata, ‘Allah nenek moyang kita telah memilih Saudara supaya mengetahui kehendak-Nya dan melihat Anak-Nya, satu-satunya yang benar-benar adil, serta mendengar Dia berbicara. Saudara harus menyampaikan pesan-Nya ke mana-mana serta memberitakan yang telah Saudara lihat dan dengar. Nah, jangan ayal lagi, dan berilah diri Saudara dibaptiskan dan dengan menyebut nama Tuhan, sucikanlah diri Saudara dari dosa.’ “Pada suatu hari setelah saya kembali ke Yerusalem, sementara saya sedang berdoa di dalam Bait Allah, dalam suatu penglihatan Allah berkata kepada saya, ‘Lekas! Tinggalkanlah Yerusalem dengan segera, sebab orang-orang di sini tidak akan mau mendengar pesan-Ku yang kausampaikan kepada mereka.’ “Tetapi saya menjawab, ‘Tuhan, pastilah mereka tahu bahwa dahulu saya pergi ke tiap rumah ibadat dan memenjarakan serta memukuli orang-orang yang beriman kepada-Mu. Sedangkan ketika Stefanus dibunuh, saya berdiri di situ menyetujui tindakan itu serta menjaga jubah orang-orang yang merajamnya.’ “Tetapi Allah berkata kepada saya, ‘Tinggalkan Yerusalem, karena engkau akan Kuutus jauh kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi!’ ” Orang banyak mendengarkan sampai ia mengucapkan kata-kata itu, lalu serentak mereka berteriak, “Singkirkan orang semacam itu! Bunuh dia! Dia tidak boleh dibiarkan hidup!” Mereka berteriak-teriak sambil melemparkan jubah mereka ke udara serta menaburkan debu. Karena itu, kepala pasukan membawa Paulus ke dalam dan memberi perintah untuk mencambukinya agar ia mengakui kejahatannya. Ia ingin mengetahui apa sebabnya orang menjadi marah. Sementara mereka mengikat Paulus untuk dicambuki, Paulus berkata kepada seorang perwira yang berdiri di dekatnya, “Apakah ada hukum yang membolehkan Saudara mencambuki seorang warga negara Romawi sebelum diadili?” Perwira itu pergi kepada kepala pasukan dan berkata, “Apa yang sedang Tuan lakukan? Orang itu warga negara Romawi!” Maka pergilah kepala pasukan itu kepada Paulus dan bertanya, “Katakan, benarkah engkau warga negara Romawi?” “Ya, benar.” “Aku juga warga negara Romawi,” gerutu kepala pasukan itu, “dan banyak uang harus kukeluarkan untuk itu.” “Tetapi saya warga negara berdasarkan kelahiran!” Ketika mendengar bahwa Paulus adalah warga negara Romawi, prajurit yang sudah siap untuk mencambuki Paulus segera pergi, sedangkan kepala pasukan itu ketakutan, sebab dialah yang memberi perintah untuk mengikat dan mencambuki.
Kisah Para Rasul 22:1-29 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)
Kata Paulus, “Saudara-saudara dan bapak-bapak, dengarlah! Aku akan menyampaikan pembelaan kepadamu!” Ketika orang Yahudi mendengar Paulus berbicara dalam bahasa mereka, mereka menjadi terdiam. Lalu Paulus berkata: “Aku adalah orang Yahudi, dilahirkan di kota Tarsus, Kilikia. Tetapi aku dibesarkan di kota ini. Aku dididik oleh Gamaliel, yang dengan cermat mengajar aku segala sesuatu tentang hukum leluhur kita. Aku bersungguh-sungguh dalam melayani Allah, sama seperti kalian semua di sini. Aku menyiksa orang-orang yang mengikuti Jalan Tuhan sampai mati. Aku menangkap baik laki-laki maupun perempuan serta memenjarakan mereka. Imam besar dan seluruh majelis pemimpin Yahudi menjadi saksi bahwa apa yang aku katakan ini benar. Suatu saat mereka memberikan surat kepadaku untuk memperkenalkan diriku kepada para pemimpin Yahudi di kota Damaskus. Aku pergi ke sana untuk menangkap pengikut Yesus dan membawa mereka kembali ke Yerusalem untuk dihukum.” “Tetapi sesuatu terjadi padaku dalam perjalanan ke Damaskus. Kira-kira tengah hari, ketika aku hampir sampai di Damaskus, tiba-tiba suatu cahaya yang sangat terang dari langit menyinari aku. Aku terjatuh ke tanah dan mendengar suatu suara berkata kepadaku, ‘Saulus, Saulus, mengapa engkau menyiksa Aku?’ Aku bertanya, ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ Suara itu menjawab, ‘Akulah Yesus dari kota Nazaret, yang kamu siksa.’ Orang-orang yang bersamaku tidak mengerti suara itu, tetapi mereka melihat sinar itu. Aku bertanya, ‘Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?’ Tuhan menjawab, ‘Berdirilah dan pergilah ke Damaskus. Di sana, kamu akan diberi tahu semua hal yang telah Kurencanakan untuk kamu lakukan.’ Aku tidak dapat melihat karena sinar yang sangat terang itu telah membutakan mataku. Jadi, orang-orang yang bersamaku menuntunku ke Damaskus. Di Damaskus, seorang yang bernama Ananias datang kepadaku. Ia adalah seorang saleh yang menuruti hukum Taurat Musa. Semua orang Yahudi yang tinggal di sana menghormatinya. Ia datang kepadaku dan berkata, ‘Saulus, Saudaraku, terimalah penglihatanmu lagi!’ Pada saat itu juga, aku dapat melihat Ananias. Ia berkata, ‘Allah leluhur kita telah memilihmu sejak dahulu untuk mengetahui rencana-Nya. Kamu akan melihat Dia Yang Benar dan mendengar perkataan dari mulut-Nya. Kamu akan menjadi saksi bagi semua orang. Kamu akan menceritakan apa yang sudah kamu lihat dan dengar. Sekarang, tunggu apa lagi? Berdirilah, berilah dirimu untuk dibaptis dan bersihkanlah dosa-dosamu dan percayalah Yesus yang menyelamatkan engkau.’ Ketika aku kembali ke Yerusalem dan berdoa di Bait Allah, aku mendapat suatu penglihatan. Aku melihat Yesus berkata kepadaku, ‘Cepat, segera tinggalkan Yerusalem! Mereka tidak akan menerima kebenaran yang kamu katakan tentang Aku.’ Aku berkata, ‘Tetapi Tuhan, mereka tahu bahwa akulah orang yang telah memenjarakan orang-orang yang percaya kepada-Mu dan memukul mereka. Mereka juga tahu aku ada di sana ketika Stefanus, saksi-Mu, dibunuh. Aku berdiri di sana dan menyetujuinya. Aku jugalah yang memegang pakaian orang-orang yang membunuhnya!’ Tetapi Yesus berkata kepadaku, ‘Pergilah. Sebab aku akan mengutusmu ke tempat yang jauh, ke bangsa-bangsa bukan Yahudi.’” Orang-orang itu berhenti mendengar ketika Paulus bilang bagian terakhir itu. Mereka berteriak dan berkata, “Singkirkan orang ini! Ia tidak layak hidup di dunia lagi!” Mereka terus berteriak, merobek pakaian mereka dan menyebarkan debu ke udara. Jadi, kepala pasukan memerintahkan tentara untuk membawa Paulus ke markas. Ia memerintahkan supaya Paulus diperiksa dengan cambukan supaya berbicara. Ia ingin tahu mengapa orang-orang itu berteriak menentang dia seperti ini. Jadi, tentara-tentara itu mengikat Paulus dan bersiap untuk menyambukinya. Tetapi Paulus berkata kepada salah seorang perwira di situ, “Apakah kamu berhak untuk memukul seorang warga negara Roma yang belum terbukti bersalah?” Ketika perwira itu mendengarnya, ia menghadap kepala pasukan dan memberitahukan hal itu. Perwira itu berkata, “Tahukah kamu apa yang kamu sedang lakukan? Orang ini adalah warga negara Roma!” Kepala pasukan itu datang kepada Paulus dan berkata, “Katakan kepadaku, apakah benar kamu warga negara Roma?” Paulus menjawab, “Ya.” Kepala pasukan itu berkata, “Aku harus membayar mahal untuk menjadi seorang warga negara Roma.” Tetapi Paulus berkata, “Aku dilahirkan sebagai warga negara Roma.” Saat itu juga orang-orang yang sudah bersiap mencambuki Paulus segera menjauhkan diri. Kepala pasukan juga menjadi takut karena Paulus adalah seorang warga negara Roma, padahal ia sudah mengikat Paulus.