Lukas 20:1-26
Lukas 20:1-26 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
Pada suatu hari ketika Yesus mengajar orang banyak di Bait Allah dan memberitakan Injil, datanglah imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta tua-tua ke situ, dan mereka berkata kepada Yesus: ”Katakanlah kepada kami dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu, dan siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Mu!” Jawab Yesus kepada mereka: ”Aku juga akan mengajukan suatu pertanyaan kepada kamu. Katakanlah kepada-Ku: Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia?” Mereka mempertimbangkannya di antara mereka, dan berkata: ”Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, seluruh rakyat akan melempari kita dengan batu, sebab mereka yakin, bahwa Yohanes adalah seorang nabi.” Lalu mereka menjawab, bahwa mereka tidak tahu dari mana baptisan itu. Maka kata Yesus kepada mereka: ”Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada orang banyak: ”Seorang membuka kebun anggur; kemudian ia menyewakannya kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain untuk waktu yang agak lama. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu, supaya mereka menyerahkan sebagian dari hasil kebun anggur itu kepadanya. Tetapi penggarap-penggarap itu memukul hamba itu dan menyuruhnya pulang dengan tangan hampa. Sesudah itu ia menyuruh seorang hamba yang lain, tetapi hamba itu juga dipukul dan dipermalukan oleh mereka, lalu disuruh pulang dengan tangan hampa. Selanjutnya ia menyuruh hamba yang ketiga, tetapi orang itu juga dilukai oleh mereka, lalu dilemparkan ke luar kebun itu. Maka kata tuan kebun anggur itu: Apakah yang harus kuperbuat? Aku akan menyuruh anakku yang kekasih; tentu ia mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berunding, katanya: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisan ini menjadi milik kita. Lalu mereka melemparkan dia ke luar kebun anggur itu dan membunuhnya. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu dengan mereka? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, dan mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain.” Mendengar itu mereka berkata: ”Sekali-kali jangan!” Tetapi Yesus memandang mereka dan berkata: ”Jika demikian apakah arti nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? Barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur, dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.” Lalu ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala berusaha menangkap Dia pada saat itu juga, sebab mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu, tetapi mereka takut kepada orang banyak. Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala mengamat-amati Yesus. Mereka menyuruh kepada-Nya mata-mata yang berlaku seolah-olah orang jujur, supaya mereka dapat menjerat-Nya dengan suatu pertanyaan dan menyerahkan-Nya kepada wewenang dan kuasa wali negeri. Orang-orang itu mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: ”Guru, kami tahu, bahwa segala perkataan dan pengajaran-Mu benar dan Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah. Apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka yang licik itu, lalu berkata kepada mereka: ”Tunjukkanlah kepada-Ku suatu dinar; gambar dan tulisan siapakah ada padanya?” Jawab mereka: ”Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” Dan mereka tidak dapat menjerat Dia dalam perkataan-Nya di depan orang banyak. Mereka heran akan jawab-Nya itu dan mereka diam.
Lukas 20:1-26 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)
Pada suatu hari, Yesus sedang mengajar dan memberitakan Kabar Baik dari Allah kepada orang-orang di dalam Rumah Tuhan. Imam-imam kepala, guru-guru agama, bersama pemimpin-pemimpin Yahudi, datang dan berkata kepada Yesus, “Coba beritahukan kepada kami atas dasar apa Engkau melakukan semuanya ini? Siapa yang memberi hak itu kepada-Mu?” Yesus menjawab, “Aku ingin bertanya. Coba beritahukan kepada-Ku, Yohanes membaptis dengan hak siapa? Allah atau manusia?” Maka mulailah mereka berunding, “Kalau kita katakan, ‘Dengan hak Allah,’ Ia akan berkata, ‘Kalau begitu, mengapa kalian tidak percaya kepadanya?’ Tetapi kalau kita katakan, ‘Dengan hak manusia,’ semua orang akan melempari kita dengan batu, sebab mereka percaya bahwa Yohanes seorang nabi.” Jadi mereka menjawab, “Kami tidak tahu.” Maka Yesus berkata kepada mereka, “Kalau begitu Aku pun tidak akan mengatakan kepadamu dengan hak siapa Aku melakukan semuanya ini.” Yesus menceritakan kepada orang-orang itu, perumpamaan berikut, “Adalah seorang yang menanami sebidang kebun anggur. Ia menyewakan kebun itu kepada beberapa penggarap lalu berangkat ke negeri lain dan tinggal lama di sana. Ketika sudah waktunya memetik buah anggur, pemilik kebun itu mengirim pelayannya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu memukul pelayan itu dan menyuruh dia pulang dengan tangan kosong. Maka pemilik kebun itu mengirim lagi seorang pelayan yang lain; tetapi pelayan itu pun dipukul juga dan dihina oleh penggarap-penggarap itu, lalu disuruh pulang dengan tangan kosong. Kemudian pemilik kebun itu mengirim pelayan yang ketiga. Tetapi pelayan itu pun dipukul juga oleh penggarap-penggarap itu dan dibuang ke luar kebun itu. Akhirnya pemilik kebun itu berkata, ‘Aku harus berbuat apa lagi? Aku akan mengirim anakku sendiri yang kukasihi. Pasti dia akan mereka hormati!’ Tetapi ketika penggarap-penggarap kebun itu melihat anak pemilik kebun itu, mereka berkata satu sama lain, ‘Ini dia ahli warisnya. Mari kita bunuh dia, supaya kita mendapat warisannya.’ Maka mereka menyeret dia ke luar kebun itu lalu membunuhnya.” Lalu Yesus bertanya, “Nah, kalau pemilik kebun itu kembali, ia akan berbuat apa terhadap penggarap-penggarap itu? Pasti ia akan datang dan membunuh penggarap-penggarap itu, lalu menyerahkan kebun itu kepada penggarap-penggarap yang lain.” Mendengar itu, berkatalah orang-orang kepada Yesus, “Sekali-kali tidak!” Yesus memandang mereka lalu berkata, “Kalau begitu, apa artinya ayat Alkitab ini? ‘Batu yang tidak terpakai oleh tukang bangunan, sudah menjadi batu yang terutama.’ Semua orang yang jatuh pada batu itu akan hancur; dan siapa yang ditimpa batu itu akan tergilas menjadi debu.” Guru-guru agama dan imam-imam kepala tahu bahwa perumpamaan itu ditujukan Yesus kepada mereka. Karena itu mereka ingin menangkap Dia saat itu juga, tetapi mereka takut kepada orang banyak. Jadi mereka mencari kesempatan yang baik. Mereka menyuap orang untuk berlaku sebagai orang yang ikhlas, dan menyuruh orang-orang itu menjebak Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan, supaya mereka dapat menyerahkan Dia kepada wewenang dan kekuasaan gubernur. Maka orang-orang yang sudah disuap itu berkata kepada Yesus, “Pak Guru, kami tahu bahwa semua yang Bapak katakan dan ajarkan itu benar. Kami tahu juga Bapak mengajar dengan terus terang mengenai kehendak Allah untuk manusia, sebab Bapak tidak pandang orang. Karena itu coba Bapak katakan kepada kami, menurut peraturan agama kita, bolehkah membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus tahu muslihat mereka. Karena itu Ia berkata, “Coba perlihatkan kepada-Ku sekeping uang perak. Gambar dan nama siapakah ini?” “Kaisar!” jawab mereka. “Kalau begitu,” kata Yesus kepada mereka, “berilah kepada Kaisar, apa yang milik Kaisar dan kepada Allah, apa yang milik Allah.” Ternyata di depan orang banyak itu mereka tidak bisa mendapat satu kesalahan pun pada Yesus. Mereka hanya diam saja dan kagum atas jawaban-Nya itu.
Lukas 20:1-26 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
Ketika Yesus sedang menyampaikan ajaran-Nya dan memberitakan Kabar Baik tentang kerajaan Allah kepada orang banyak di teras rumah Allah, datanglah kepada-Nya para imam, ahli Taurat, dan pemimpin orang Yahudi. Mereka bertanya, “Katakan pada kami: Siapa yang memberikan wewenang kepadamu untuk mengajar dan mengubah kebiasaan-kebiasaan kami? Atas nama siapa kamu melakukan semua hal itu?” Jawab Yesus kepada mereka, “Aku juga mau menanyakan sesuatu kepada kalian. Coba jawab pertanyaan-Ku ini: Siapa yang memberikan wewenang kepada Yohanes Pembaptis untuk membaptis? Apakah Allah yang memberikannya, atau dia bekerja atas kemauannya sendiri?” Lalu mereka berunding satu sama lain, “Kalau kita menjawab, ‘Allah yang memberikan,’ nanti Yesus akan menyerang balik, ‘Kalau begitu, kenapa kalian tidak percaya kepada Yohanes?’ Tetapi kalau kita jawab, ‘Dia bekerja atas kemauannya sendiri,’ nanti semua orang ini akan melempari kita dengan batu! Karena mereka yakin Yohanes adalah nabi.” Jadi akhirnya mereka menjawab, “Kami tidak tahu.” Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Kalau begitu Aku juga tidak akan mengatakan kepada kalian Siapa yang memberi-Ku wewenang untuk melakukan hal-hal itu.” Yesus menceritakan perumpamaan ini kepada orang banyak. Kata-Nya, “Ada seorang pemilik tanah yang menyuruh hamba-hambanya membuat kebun anggur yang luas. Kemudian dia menyewakan kebun itu kepada beberapa orang petani, lalu pergi ke negeri lain bersama para hambanya untuk waktu yang cukup lama. Waktu musim panen tiba, pemilik kebun itu menyuruh salah satu hambanya pergi kepada para petani itu untuk menagih hasil penjualan anggur yang menjadi bagiannya. Tetapi setibanya di sana, para petani memukuli hamba itu lalu mengusirnya, sehingga dia pulang dengan tangan kosong. Kemudian pemilik kebun itu menyuruh hambanya yang lain. Tetapi sekali lagi para petani memukulinya, mencaci maki dia, lalu mengusirnya, sehingga dia pulang dengan tangan kosong. Untuk ketiga kalinya pemilik kebun itu menyuruh hambanya yang lain. Tetapi mereka memukuli dia lagi, bahkan sampai melukainya. Lalu mereka melemparkan dia keluar kebun. “Akhirnya pemilik kebun itu berpikir, ‘Harus bagaimana sekarang? Oh, aku akan mengutus anakku satu-satunya yang sangat aku kasihi. Mungkin kepada anakku sendiri mereka akan segan dan menghormati dia.’ Tetapi ketika para petani itu melihat anak pemilik kebun datang, mereka berkata satu sama lain, ‘Lihat! Yang datang ini adalah anaknya sendiri! Dialah yang akan mewarisi kebun ini kalau bapaknya sudah meninggal. Mari kita bunuh dia, supaya kebun ini menjadi milik kita!’ Lalu mereka menyeret anaknya itu keluar dari kebun dan membunuhnya. “Jadi, kalau sudah begitu, apa lagi yang akan diperbuat oleh pemilik kebun itu kepada mereka? Tentu dia sendiri yang akan datang dan membinasakan para petani itu, lalu menyewakan kebunnya kepada petani-petani lain.” Orang-orang yang mendengarkan Yesus berkata, “Wah! Jangan sampai hal itu terjadi!” Tetapi Yesus memandang mereka dan berkata, “Kalau begitu, coba kalian artikan ayat Kitab Suci ini, ‘Batu yang dianggap tidak berguna oleh tukang-tukang bangunan sudah dijadikan Allah sebagai batu fondasi yang utama.’ Aku berkata kepada kalian: Setiap orang yang tersandung pada batu itu akan remuk. Dan setiap orang yang tertimpa batu itu akan hancur lebur.” Lalu para imam kepala dan ahli Taurat yang sedang mendengarkan Yesus menyadari bahwa merekalah yang dimaksud Yesus sebagai petani-petani yang jahat. Karena itu mereka ingin menangkap Yesus saat itu juga. Tetapi mereka takut pada orang banyak yang mendukung Yesus. Lalu para pemimpin Yahudi mengamat-amati Yesus. Mereka juga menyuruh beberapa orang memata-matai dan menyamar sebagai orang baik untuk mengajukan pertanyaan kepada Yesus dengan tujuan menjebak Dia. Kalau jawaban-Nya melawan pemerintah Romawi, mereka akan langsung menyerahkan-Nya kepada gubernur Romawi. Mata-mata itu berkata kepada-Nya, “Guru, kami tahu bahwa semua ajaran dan perkataanmu benar. Engkau selalu mengajarkan kehendak Allah yang sebenar-benarnya tanpa memandang kedudukan orang. Jadi, kami mau bertanya: Menurut hukum Taurat, boleh atau tidak kita membayar pajak kepada pemerintah Romawi?” Tetapi Yesus sudah mengetahui rencana jahat mereka. Maka jawab-Nya, “Apakah kalian pikir Aku bisa dijebak dengan pertanyaan semacam itu?! Coba tunjukkan kepada-Ku satu keping uang perak yang biasa dipakai untuk membayar pajak.” Mereka pun menunjukkan uang itu kepada-Nya. Lalu Dia bertanya, “Ukiran wajah siapa yang ada di sini? Dan nama siapa yang tertulis di sini?” Jawab mereka, “Raja Romawi.” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Kalau begitu, berikanlah kembali kepada raja apa yang memang milik raja. Dan berikanlah kembali kepada Allah apa yang memang milik Allah.” Jadi mata-mata itu tidak berhasil menjebak-Nya untuk mengucapkan sesuatu yang salah di hadapan orang banyak. Mereka semua terheran-heran mendengar jawaban-Nya itu sehingga tidak bisa berkata apa-apa.
Lukas 20:1-26 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
PADA suatu hari Ia berada di dalam Bait Allah sedang mengajar dan berkhotbah tentang Berita Kesukaan. Para imam kepala dan guru agama serta para tua-tua datang kepada-Nya dan bertanya, “Dengan wewenang siapa Engkau melakukan apa yang Kaulakukan? Siapa yang memberi Engkau hak itu?” “Aku ingin mengajukan satu pertanyaan sebelum Aku menjawab,” jawab Yesus. “Apakah Yohanes diutus oleh Allah ataukah ia hanya sekadar bertindak atas wewenang sendiri?” Mereka membicarakannya di antara mereka sendiri. “Kalau kita mengatakan bahwa Yohanes utusan Allah, kita terjebak, karena tentu Ia akan bertanya, ‘Kalau begitu, apa sebabnya kalian tidak memercayai apa yang dikatakan Yohanes?’ Tetapi, bila kita berkata bahwa Yohanes bukan diutus oleh Allah, orang-orang akan merajam kita, karena mereka yakin bahwa ia seorang nabi.” Akhirnya mereka menjawab, “Kami tidak tahu!” Yesus berkata, “Kalau begitu, Aku pun tidak akan menjawab pertanyaan kalian.” Lalu Ia berpaling lagi kepada orang banyak dan menceritakan perumpamaan ini: “Ada seseorang yang membuka kebun anggur, lalu menyewakannya kepada beberapa penggarap. Kemudian ia pergi ke sebuah negeri yang jauh untuk tinggal di sana selama beberapa tahun. Ketika musim panen tiba, ia mengutus seorang hambanya ke kebun itu untuk mengambil hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi para penggarap kebun itu memukulinya, lalu mengusirnya pulang dengan tangan kosong. Kemudian pemilik kebun itu mengutus hambanya yang lain. Hamba itu juga dipukuli dan dihina, lalu diusir pulang dengan hampa tangan. Orang itu mengutus hambanya yang ketiga, yang juga dipukuli dan diusir. “ ‘Apakah yang harus kuperbuat?’ pemilik kebun itu bertanya dalam hatinya. ‘Aku akan mengutus anakku yang kukasihi. Pasti mereka akan menghormati dia.’ “Tetapi, ketika penyewa-penyewa melihat anak itu datang, mereka berkata, ‘Inilah kesempatan kita! Ia akan mewarisi kebun ini! Mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.’ Demikianlah mereka menyeretnya ke luar dari kebun anggur itu, lalu membunuh dia. “Menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang akan diambil oleh pemilik kebun itu? Inilah yang akan dilakukannya: ia akan datang dan membunuh orang-orang itu dan menyewakan kebun anggurnya kepada orang lain.” Orang-orang yang mendengarkan Dia berkata, “Masa mereka akan berbuat seperti itu!” Yesus memandang mereka, lalu berkata, “Apakah maksud pernyataan dalam Kitab Suci: “ ‘Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru’?” Lalu Ia menambahkan, “Siapa yang terantuk pada batu itu akan remuk, dan siapa yang ditimpanya akan hancur luluh.” Ketika para imam kepala dan pemimpin agama mendengar perumpamaan Yesus, mereka ingin segera menangkap Dia, karena mereka menyadari bahwa Ia berbicara tentang mereka. Merekalah penyewa-penyewa jahat yang disebutkan dalam perumpamaan itu. Tetapi mereka takut bahwa kalau mereka sendiri yang menangkap Dia, maka akan terjadi kerusuhan. Oleh karena itu, mereka berusaha menjebak Dia agar mengatakan sesuatu yang dapat dilaporkan kepada pemerintah Romawi supaya Ia ditangkap. Sambil menunggu kesempatan, mereka mengirimkan beberapa utusan yang berlagak sebagai orang-orang yang jujur. Mereka berkata kepada Yesus, “Guru, kami tahu betapa jujurnya Guru. Guru selalu mengatakan yang benar dan mengajarkan jalan Allah, tidak terpengaruh sedikit pun oleh pendapat orang lain. Katakanlah kepada kami, patutkah membayar pajak kepada pemerintah Romawi, atau tidak?” Yesus mengerti niat jahat mereka dan berkata, “Perlihatkanlah sebuah mata uang kepada-Ku. Gambar dan nama siapakah yang terdapat pada mata uang ini?” Mereka menjawab, “Kaisar.” Yesus berkata, “Kalau begitu, berikanlah kepada Kaisar segala milik Kaisar, dan kepada Allah segala milik Allah!” Dengan demikian gagallah usaha mereka untuk menjebak Dia di hadapan orang banyak. Mereka tercengang mendengar jawaban-Nya, dan tidak dapat mengatakan apa-apa lagi.
Lukas 20:1-26 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)
Suatu hari Yesus sedang mengajar orang banyak di Bait Allah. Ia menyampaikan Kabar Baik. Beberapa imam kepala, guru hukum dan pemimpin Yahudi datang untuk berbicara dengan Yesus. Mereka bilang, “Katakanlah kepada kami, dengan kuasa apakah Engkau melakukan hal-hal ini. Siapa yang memberi kuasa kepada-Mu?” Yesus menjawab, “Aku juga akan bertanya kepadamu. Katakan kepada-Ku: Ketika Yohanes membaptiskan orang-orang, apakah kuasanya berasal dari Allah atau apakah itu hanya dari manusia lainnya?” Para imam, guru Taurat dan pemimpin Yahudi membahas hal itu. Mereka berkata, “Jika kita menjawab, ‘Baptisan Yohanes dari Allah,’ Ia akan bilang, ‘Mengapa kamu tidak percaya kepada Yohanes?’ Tetapi jika kita berkata bahwa ‘Baptisan Yohanes dari manusia,’ semua orang akan lempar kita sampai mati. Mereka semua percaya bahwa Yohanes adalah seorang nabi.” Jadi, mereka menjawab, “Kami tidak tahu jawabannya.” Jadi, Yesus bilang kepada mereka, “Kalau begitu Aku juga tidak akan memberitahukan kepada kalian siapakah yang memberikan Aku kuasa untuk melakukan semuanya ini.” Lalu Yesus menceritakan kepada orang banyak perumpamaan ini: “Ada seorang mulai menanam anggur. Ia membuat perjanjian dengan beberapa petani untuk bekerja dan membagi hasil anggur. Lalu ia pergi jauh lama sekali. Ketika musim panen anggur tiba, ia menyuruh seorang pembantunya pergi kepada petani-petani tersebut untuk mengambil bagiannya. Tetapi mereka memukul pembantu itu dan mengusirnya dengan tangan kosong. Pemilik kebun anggur itu pun mengirim pembantu lain. Mereka juga memukul hamba itu dan memperlakukannya dengan tidak hormat. Mereka mengirimnya kembali tanpa apa-apa. Maka orang itu mengirim pembantunya yang ketiga kepada para petani itu. Mereka melukai pembantu ini dengan beratnya dan membuangnya dari kebun.” “Pemilik kebun itu berpikir, ‘Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku akan mengirim anakku yang kukasihi. Mungkin para petani akan menghormati anakku.’ Tetapi ketika para petani itu melihat anak itu, mereka bilang, ‘Inilah anak pemilik kebun ini. Kebun anggur ini akan jadi miliknya. Jika kita membunuh dia, kebun ini akan menjadi milik kita.’ Maka para petani membuang anak itu dari kebun anggur dan membunuhnya.” “Apa yang akan dilakukan pemilik kebun? Ia akan datang dan membunuh petani-petani itu dan menempatkan orang lain untuk mengurus kebunnya.” Ketika orang-orang mendengar cerita ini, mereka bilang, “Ini seharusnya tidak terjadi!” Tetapi Yesus memandangi mereka dan berkata, “Kalau begitu, apa artinya ayat ini: ‘Batu yang dibuang oleh tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru’? Setiap orang yang jatuh di atas batu itu akan hancur. Jika batu itu jatuh menimpamu, batu itu akan meremukkan kamu!” Ketika para guru Taurat dan imam kepala mendengar cerita ini, mereka tahu bahwa itu adalah tentang mereka. Jadi, mereka ingin menangkap Yesus saat itu juga, tetapi mereka takut apa yang akan dilakukan orang banyak. Jadi, para pemimpin itu mencari jalan untuk menjebak Yesus. Mereka mengirim beberapa orang yang berpura-pura bersikap baik kepada-Nya. Mereka ingin menjebak Yesus untuk mengatakan sesuatu yang bisa pakai mereka untuk melawan-Nya. Jika Ia mengatakan sesuatu yang salah, mereka bisa menyerahkan-Nya kepada gubernur yang mempunyai wewenang untuk menghukum Dia. Jadi, orang-orang itu berkata kepada Yesus, “Guru, kami tahu bahwa apa yang Engkau katakan dan ajarkan itu benar. Kami juga tahu bahwa Engkau tidak membedakan siapa yang mendengar. Engkau mengajarkan kebenaran Allah kepada semua orang. Katakanlah kepada kami, apakah benar bagi kami untuk membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Tetapi Yesus tahu bahwa mereka mempunyai rencana untuk menjebak-Nya. Ia berkata kepada mereka, “Tunjukkanlah kepada-Ku sekeping uang perak. Nama dan gambar siapakah yang ada di sana?” Mereka menjawab, “Kaisar.” Ia bilang kepada mereka, “Kalau begitu, berilah kepada Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar, dan berilah kepada Allah apa yang menjadi milik Allah.” Orang-orang itu takjub atas jawaban Yesus yang bijaksana. Mereka tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka tidak dapat memakai perkataan Yesus di depan orang banyak untuk menjerat-Nya.