Lukas 22:39-71

Lukas 22:39-71 Alkitab Terjemahan Baru (TB)

Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: ”Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: ”Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. Kata-Nya kepada mereka: ”Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Maka kata Yesus kepadanya: ”Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: ”Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?” Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata: ”Sudahlah itu.” Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: ”Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu.” Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh. Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka. Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya, lalu berkata: ”Juga orang ini bersama-sama dengan Dia.” Tetapi Petrus menyangkal, katanya: ”Bukan, aku tidak kenal Dia!” Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: ”Engkau juga seorang dari mereka!” Tetapi Petrus berkata: ”Bukan, aku tidak!” Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: ”Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea.” Tetapi Petrus berkata: ”Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.” Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: ”Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya. Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: ”Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?” Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya. Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, katanya: ”Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.” Jawab Yesus: ”Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” Kata mereka semua: ”Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: ”Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.” Lalu kata mereka: ”Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri.”

Lukas 22:39-71 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

Lalu seperti kebiasaan Yesus, Dia meninggalkan Yerusalem dan pergi ke Bukit Zaitun bersama para murid-Nya. Setibanya di tempat itu, Dia menyuruh mereka, “Berdoalah terus supaya kamu masing-masing tidak berbuat dosa ketika dicobai iblis.” Kemudian Yesus menjauh dari mereka, kira-kira tiga puluh meter. Di situ Dia sujud berdoa, kata-Nya, “Ya Bapa, Aku mohon, kalau Bapa mau, janganlah biarkan Aku menjalani penderitaan ini! Tetapi janganlah terjadi menurut kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu sajalah yang jadi.” Lalu malaikat dari surga menampakkan diri kepada Yesus dan menguatkan Dia. Karena beratnya penderitaan Yesus, Dia semakin sungguh-sungguh berdoa sampai mengeluarkan keringat seperti darah yang menetes ke tanah. Sesudah selesai berdoa, Dia berdiri lalu kembali kepada para murid-Nya dan mendapati mereka sedang tidur. Mereka lelah karena sangat sedih. Lalu kata-Nya kepada mereka, “Kenapa kalian tidur?! Bangunlah dan berdoalah supaya kamu masing-masing tidak berbuat dosa ketika iblis mencobaimu.” Waktu Yesus masih berbicara, datanglah segerombolan orang yang dipimpin oleh Yudas, salah satu dari kedua belas murid-Nya. Dia mendekati Yesus untuk memeluk-Nya. Tetapi kata Yesus kepadanya, “Yudas! Jadi dengan pelukanmu inilah kamu mengkhianati Aku, Sang Anak Adam!” Ketika para murid yang lain melihat yang sedang terjadi, mereka berkata, “Tuhan, kami siap melawan mereka dengan pedang!” Lalu salah seorang murid-Nya menyerang budak imam besar dengan pedang dan memotong telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata, “Hentikan!” Lalu Dia menyentuh telinga orang itu sehingga tersambung kembali. Kemudian Yesus berkata kepada para imam kepala, pimpinan pengawal rumah Allah, dan pemimpin orang Yahudi yang datang untuk menangkap-Nya, “Ternyata kalian pikir Aku ini penjahat, sehingga kalian merasa harus mengajak rombongan besar bersenjatakan pedang dan kayu pemukul! Padahal setiap hari Aku berada di antara kalian di teras rumah Allah. Kenapa kalian tidak berani menangkap Aku di sana?! Tetapi memang waktu yang gelap ini cocok bagi kalian, karena kalian menjalankan kemauan para penguasa kegelapan.” Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka menggiring-Nya ke rumah imam besar. Sementara itu, Petrus mengikuti dari jauh. Orang-orang sudah menyalakan api di tengah halaman rumah itu, dan mereka duduk menghangatkan badan di sekelilingnya. Petrus juga duduk di situ di antara mereka. Seorang pembantu perempuan melihat Petrus duduk dekat api. Dia memandangi Petrus, lalu berkata, “Orang ini juga pengikut Yesus.” Tetapi Petrus menyangkalnya, katanya, “Ibu, saya tidak kenal orang itu.” Tidak lama kemudian seorang laki-laki melihat Petrus dan berkata, “Kamu juga pengikut orang itu.” Tetapi Petrus berkata, “Bukan, Pak!” Kira-kira satu jam kemudian, seorang yang lain berkata dengan yakin, “Sungguh, orang ini adalah pengikut Yesus, karena dia juga orang Galilea.” Tetapi Petrus berkata, “Pak, saya tidak mengerti maksud Bapak.” Saat itu juga, ketika dia masih berbicara, ayam pun berkokok. Lalu Tuhan Yesus berbalik memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus tentang apa yang sudah dikatakan Tuhan kepadanya, “Sebelum ayam berkokok, kamu sudah tiga kali mengaku tidak kenal Aku.” Lalu Petrus keluar dari halaman rumah itu dan menangis dengan sangat sedih. Lalu para pengawal rumah Allah yang menahan Yesus mempermainkan Dia dengan mengejek dan memukuli-Nya. Mereka menutup mata Yesus dengan kain lalu berulang-ulang memukul Dia serta berkata, “Kalau kamu betul-betul nabi, coba tebak siapa nama orang yang barusan memukulmu.” Dan masih banyak lagi kata-kata yang mereka ucapkan untuk mencaci maki Dia. Pagi harinya, berkumpullah para anggota Mahkamah Agama, termasuk para pemimpin Yahudi, imam kepala, dan ahli Taurat. Lalu Yesus dibawa menghadap mereka. Mereka berkata, “Katakan kepada kami! Apa betul kamu ini Kristus?” Jawab Yesus, “Kalau pun Aku katakan bahwa Aku memang Kristus, kalian tidak akan percaya. Dan kalau Aku bertanya sesuatu, kalian juga tidak akan menjawab atau membebaskan Aku. Tetapi tidak lama lagi, Aku, Sang Anak Adam, akan duduk di tempat yang paling terhormat di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” Lalu mereka semua berkata, “Kalau begitu, kamu ini benar Anak Allah?” Jawab Yesus kepada mereka, “Demikianlah, seperti yang kalian katakan.” Maka mereka berkata, “Kita tidak perlu mencari saksi yang lain lagi! Dia sendiri sudah mengakuinya barusan, dan kita mendengarnya sendiri!”

Lukas 22:39-71 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)

Kemudian dengan diiringi murid-murid-Nya, Ia meninggalkan ruang perjamuan itu dan seperti biasa pergi ke Bukit Zaitun. Di situ Ia berkata kepada mereka, “Berdoalah kepada Allah agar kalian tidak jatuh dalam cobaan.” Ia berjalan terus kira-kira sepelempar batu jauhnya, lalu berlutut serta berdoa, “Bapa, kalau Engkau berkenan, singkirkanlah cawan kengerian ini daripada-Ku. Tetapi kehendak-Mu yang jadi, jangan kehendak-Ku.” Kemudian datanglah seorang malaikat dari surga menguatkan Dia, sebab Ia berada di dalam penderitaan batin yang demikian rupa, sehingga sementara Ia berdoa dengan lebih tekun, Ia mengeluarkan keringat darah yang menetes ke tanah. Akhirnya Ia berdiri, lalu kembali kepada murid-murid-Nya dan mendapati mereka sedang tidur, terlalu penat karena kesedihan. “Tidurkah kalian?” kata Yesus. “Bangunlah! Berdoalah kepada Allah agar kalian tidak jatuh dalam cobaan!” Tetapi sementara Yesus masih berkata-kata, datanglah Yudas, seorang dari kedua belas murid-Nya, membawa serombongan orang. Yudas menghampiri Yesus, lalu mencium Dia. Tetapi Yesus berkata, “Yudas, bagaimana engkau dapat mengkhianati Anak Manusia dengan ciuman?” Ketika murid-murid yang lain menyadari apa yang akan terjadi, mereka berseru, “Tuhan, bolehkah kami melawan? Kami membawa pedang!” Lalu seorang di antaranya mengayunkan pedangnya ke arah pelayan imam besar, sehingga telinga kanannya putus. Tetapi Yesus berkata, “Jangan melawan.” Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan memulihkannya. Kemudian Yesus berkata kepada para imam kepala, kepala pengawal Bait Allah serta pemimpin agama yang mengepalai rombongan itu, “Apakah Aku seorang perampok yang membahayakan, sehingga kalian datang dengan bersenjatakan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Apa sebabnya kalian tidak menangkap Aku di Bait Allah? Setiap hari Aku ada di situ. Tetapi memang inilah saat kalian, saat Iblis berkuasa sepenuhnya.” Mereka pun menangkap Dia dan menggiring-Nya ke rumah imam besar. Petrus mengikuti dari jauh. Beberapa orang prajurit membuat api di tengah-tengah halaman, lalu berdiang di sekelilingnya dan Petrus turut berdiang. Seorang pelayan perempuan melihat Petrus duduk dekat api. Ditatapnya muka Petrus, lalu ia berkata, “Orang ini pengikut Yesus!” Petrus menyangkal. “Hai perempuan,” katanya, “aku sama sekali tidak kenal kepada Orang itu!” Tidak lama kemudian ada lagi yang memandang Petrus serta berkata, “Engkau pasti seorang dari mereka!” Petrus menjawab, “Bukan!” Kira-kira satu jam kemudian ada seorang lagi yang dengan tegas menyatakan, “Saya tahu orang ini juga murid Yesus, karena keduanya berasal dari Galilea.” Tetapi Petrus berkata, “Saudara, saya tidak tahu apa yang Saudara katakan.” Sedang ia mengucapkan kata-kata itu, ayam pun berkokoklah. Pada saat itu juga Yesus menoleh dan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus akan kata-kata Yesus: “Sebelum ayam berkokok besok pagi, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.” Petrus keluar dari halaman itu sambil menangis dengan sedihnya. Penjaga-penjaga yang menahan Yesus mulai mengolok-olok Dia. Mereka menutupi mata-Nya, lalu meninju Dia serta bertanya, “Hai Nabi, katakanlah siapa yang memukul Engkau tadi?” Dan mereka melontarkan berbagai macam penghinaan kepada-Nya. Keesokan harinya, waktu matahari mulai terbit, bersidanglah Mahkamah Agama, termasuk para imam kepala dan semua pejabat tinggi agama. Yesus dihadapkan kepada Majelis itu, dan Ia ditanya, “Beritahukanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias?” Tetapi Ia menyahut, “Sekalipun Aku mengatakannya, kalian tidak akan percaya kepada-Ku atau membiarkan Aku membela perkara-Ku. Tetapi tidak lama lagi Aku, Anak Manusia, akan duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” Mereka semua berseru, “Kalau begitu, Engkau mengaku bahwa Engkau Anak Allah?” Yesus menjawab, “Ya, benar.” “Perlukah kita menunggu saksi-saksi lagi?” seru mereka. “Kita sendiri telah mendengar Dia mengatakannya.”

Lukas 22:39-71 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)

Yesus meninggalkan kota dan pergi ke Bukit Zaitun. Pengikut-Nya juga pergi bersama-Nya. (Ia sering pergi ke sana.) Ia berkata kepada pengikut-Nya, “Berdoalah, mintalah kekuatan supaya kamu dapat bertahan melawan pencobaan.” Kemudian Yesus pergi kira-kira sejauh 15 meter dari mereka. Ia berlutut dan berdoa, “Bapa, jika Engkau mau, jangan biarkan Aku minum dari cawan ini. Tetapi lakukanlah apa yang Engkau inginkan, bukan apa yang Aku inginkan.” [Kemudian seorang malaikat dari surga datang untuk menguatkan-Nya. Yesus sungguh menderita; Ia semakin bersungguh-sungguh dalam doa. Keringat menetes dari wajah-Nya seperti darah yang menetes ke tanah.] Ketika Ia selesai berdoa, Ia pergi kepada pengikut-Nya. Ia mendapati mereka sedang tidur kelelahan karena sangat sedih. Yesus berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah untuk memohon kekuatan untuk menghadapi pencobaan.” Sementara Yesus sedang berbicara, datanglah banyak orang. Mereka dipimpin oleh Yudas, salah satu dari kedua belas rasul-Nya. Ia mendekati Yesus untuk mencium pipi-Nya. Tetapi Yesus bilang kepadanya, “Yudas, apakah kamu memakai ciuman persahabatan untuk menyerahkan Anak Manusia kepada musuh-Nya?” Pengikut Yesus berdiri di dekat-Nya di situ. Mereka melihat apa yang terjadi dan mereka bertanya kepada Yesus, “Tuhan, apakah kami harus menggunakan pedang kami?” Dan salah satu dari mereka benar-benar menggunakan pedangnya. Ia memotong telinga kanan pembantu imam besar. Yesus berkata, “Hentikan!” Lalu Ia menyentuh telinga pembantu itu dan menyembuhkannya. Yesus berkata kepada kelompok orang yang datang menangkap-Nya. Mereka adalah para imam kepala, pemimpin Yahudi dan kepala pengawal Bait Allah. Ia bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian datang dengan pedang dan pentung? Apakah kamu kira Aku seorang penjahat? Setiap hari Aku ada bersama kalian di Bait Allah. Mengapa kalian tidak tangkap Aku di sana? Tetapi memang sekaranglah saatnya bagi kamu, ketika kegelapan berkuasa.” Mereka menangkap Yesus dan membawa-Nya ke rumah Imam Besar. Petrus mengikuti Yesus dari jarak yang agak jauh. Orang-orang mulai menyalakan api di tengah-tengah halaman rumah dan duduk bersama-sama. Petrus ikut duduk bersama mereka. Seorang pembantu perempuan melihat Petrus duduk di sana. Ia bisa melihat karena cahaya dari api. Ia mengamati wajah Petrus dengan teliti, lalu berkata, “Orang ini juga selalu bersama Yesus.” Tetapi Petrus menyangkal, katanya, “Ibu, aku tidak kenal Dia.” Tidak lama kemudian, orang lain melihat Petrus dan bilang, “Kamu juga termasuk salah satu dari kelompok mereka!” Tetapi Petrus menjawab, “Kamu salah, aku tidak termasuk kelompok mereka!” Kira-kira satu jam kemudian, seorang lelaki lain bilang, “Benar. Aku yakin orang ini bersama dengan Yesus, sebab ia juga dari Galilea.” Tetapi Petrus berkata, “Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan!” Ketika ia masih berbicara, tiba-tiba ayam berkokok. Lalu Yesus berpaling dan melihat ke mata Petrus. Dan Petrus teringat akan perkataan Yesus, “Besok pagi, sebelum ayam berkokok, kamu akan berkata tiga kali bahwa kamu tidak mengenal Aku.” Jadi, Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Orang-orang yang menjaga Yesus mulai mengejek dan memukul Dia. Mereka menutup mata-Nya supaya Ia tidak dapat melihat mereka. Lalu mereka memukul-Nya dan bertanya, “Jadilah seorang nabi dan katakan kepada kami siapakah yang memukul Engkau?” Dan mereka menyerukan berbagai macam penghinaan lainnya terhadap Dia. Pagi harinya, para pemimpin Yahudi, imam kepala dan guru Taurat berkumpul. Mereka membawa Yesus ke Mahkamah Agama mereka. Mereka berkata, “Jika Engkau adalah Kristus, katakanlah kepada kami.” Yesus berkata kepada mereka, “Jika Aku mengatakan siapakah Aku ini, kamu tidak akan percaya kepada-Ku. Dan jika Aku bertanya kepadamu, kamu juga tidak mau menjawab. Tetapi mulai sekarang, Anak Manusia akan duduk di sebelah kanan Allah yang Mahakuasa.” Mereka semua berkata, “Kalau begitu, apakah Engkau Anak Allah?” Yesus menjawab kepada mereka, “Perkataanmu memang benar bahwa Akulah Dia.” Mereka berkata, “Mengapa kita memerlukan saksi-saksi lagi sekarang? Kita semua sudah mendengar apa yang Ia katakan!”

Lukas 22:39-71 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

Yesus meninggalkan kota dan pergi seperti biasanya ke Bukit Zaitun, dan pengikut-pengikut-Nya pergi juga dengan Dia. Ketika sampai di situ, Ia berkata kepada mereka, “Berdoalah supaya kalian jangan berdosa kalau kalian dicobai.” Kemudian Ia pergi lebih jauh sedikit dari mereka, kira-kira sejauh lemparan batu, lalu berlutut dan berdoa. “Bapa,” kata-Nya, “kalau boleh, jauhkanlah daripada-Ku penderitaan yang harus Kualami ini. Tetapi jangan menurut kemauan-Ku, melainkan menurut kemauan Bapa saja.” [ Seorang malaikat datang kepada-Nya dan menguatkan-Nya. Yesus sangat menderita secara batin sehingga Ia makin sungguh-sungguh berdoa. Keringat-Nya seperti darah menetes ke tanah.] Selesai berdoa, Yesus kembali lagi kepada pengikut-pengikut-Nya. Ia menemukan mereka sedang tidur karena sangat sedih. Lalu Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kalian tidur? Bangunlah dan berdoalah supaya kalian tidak terkena cobaan.” Sementara Yesus masih berbicara, datanglah serombongan orang. Mereka dipimpin oleh Yudas, salah seorang pengikut Yesus. Kemudian Yudas pergi kepada Yesus lalu mencium-Nya. Tetapi Yesus berkata kepadanya, “Yudas, apakah dengan ciuman itu engkau mau mengkhianati Anak Manusia?” Ketika pengikut-pengikut Yesus yang ada di situ melihat apa yang akan terjadi, mereka berkata, “Tuhan, kami serang saja dengan pedang!” Lalu salah seorang dari mereka memarang hamba imam agung dengan pedang sehingga putus telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata, “Sudahlah!” Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. Kemudian Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan perwira-perwira pengawal Rumah Tuhan, serta pemimpin-pemimpin Yahudi yang datang ke situ untuk menangkap Dia, “Apakah Aku ini penjahat, sampai kalian datang dengan pedang dan pentungan untuk menangkap Aku? Setiap hari Aku berada dengan kalian di Rumah Tuhan, kalian tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saatnya kalian bertindak, saat kuasa kegelapan memegang peranan.” Mereka menangkap Yesus dan membawa-Nya ke rumah imam agung. Petrus mengikuti dari jauh. Di tengah-tengah halaman itu api unggun sudah dinyalakan dan Petrus pergi duduk bersama dengan orang-orang yang duduk di sekelilingnya. Salah seorang pelayan wanita melihat Petrus duduk di pinggir api unggun itu; lalu pelayan wanita itu memperhatikan Petrus, kemudian berkata, “Orang ini juga tadi ada bersama-sama Yesus!” Tetapi Petrus menyangkal. Ia berkata, “Saya sama sekali tidak mengenal orang itu!” Sesaat kemudian, seorang lain melihat Petrus dan berkata, “Engkau juga salah seorang dari mereka!” Tetapi Petrus menjawab, “Tidak, bukan saya!” Kira-kira satu jam kemudian, seorang lain lagi berkata dengan keras, “Memang orang ini pengikut Yesus, sebab ia juga orang Galilea!” Tetapi Petrus menjawab, “Apa maksudmu, aku tidak tahu!” Saat itu juga, sementara Petrus masih berbicara, ayam berkokok. Yesus pun menoleh dan memandang Petrus. Lalu Petrus teringat Tuhan sudah berkata kepadanya, “Sebelum ayam berkokok hari ini, engkau tiga kali mengingkari Aku.” Maka keluarlah Petrus dari situ dan menangis tersedu-sedu. Orang-orang yang sedang menjaga Yesus, mempermainkan dan memukul Dia. Mereka menutup mata-Nya dan bertanya kepada-Nya, “Coba terka siapa yang memukul-Mu?” Banyak lagi kata-kata penghinaan yang mereka lontarkan kepada-Nya. Pagi harinya, pemimpin-pemimpin Yahudi, imam-imam kepala, dan guru-guru agama berkumpul, lalu Yesus dibawa ke hadapan Mahkamah Agama mereka. “Beritahukan kepada kami,” kata mereka kepada-Nya, “apakah Engkau ini Raja Penyelamat?” Yesus menjawab, “Kalau Aku memberitahukan kepadamu, kalian toh tidak akan percaya. Dan kalau Aku bertanya kepadamu, kalian toh tidak akan menjawab. Tetapi mulai sekarang, Anak Manusia akan duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” Mereka semua berkata, “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Yesus menjawab, “Begitu kata kalian.” Maka mereka berkata, “Tidak perlu lagi saksi! Kita sudah mendengar dari mulut-Nya sendiri!”