Roma 11:1-24

Roma 11:1-24 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

Apakah itu berarti Allah sudah memutuskan untuk menolak bangsa Israel, umat pilihan-Nya sendiri? Tentu tidak! Salah satu contohnya adalah saya sendiri. Saya ini orang Israel, keturunan Abraham, dari suku Benyamin. Tentu Allah tidak akan menolak orang-orang yang sudah dipilih-Nya sejak semula. Ingatlah yang tertulis dalam Kitab Suci tentang Elia. Dalam doanya, dia sungguh-sungguh mengadukan kejahatan bangsa Israel kepada Allah, “Ya Tuhan, mereka sudah membunuh nabi-nabi-Mu dan menghancurkan mezbah-mezbah-Mu. Tinggal aku sendiri nabi yang masih hidup, dan sekarang mereka berusaha membunuhku juga!” Tetapi apa jawaban Allah kepada Elia? Kata-Nya, “Aku sudah memilih dan menjaga tujuh ribu orang Israel bagi-Ku sendiri, yaitu mereka yang tidak pernah menyembah Baal.” Demikian juga pada zaman sekarang, masih ada sejumlah kecil bangsa Israel yang dipilih Allah sebagai umat-Nya. Dia memilih mereka hanya karena kebaikan hati-Nya, bukan karena perbuatan baik mereka. Seandainya Allah memilih orang-orang itu berdasarkan perbuatan baik mereka, berarti pemilihan itu tidak bisa disebut kebaikan hati Allah. Jadi, beginilah keadaannya: Sebagian besar orang Israel tidak mendapatkan yang mereka cari. Dengan usaha sendiri, mereka tidak berhasil menjadi benar dalam pandangan Allah. Hanya sejumlah kecil yang mendapatkannya, yakni orang-orang yang sudah dipilih oleh Allah, sedangkan yang lain dikeraskan hatinya. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, “Allah membuat mereka tidak sadar, seperti orang yang sedang tidur.” “Sampai hari ini pun Allah belum mengizinkan mereka untuk melihat dengan mata, dan Dia menutup telinga mereka supaya tidak bisa mendengar.” Daud juga berdoa, “Tuhan, biarlah mereka puas dengan makanan dan kekayaan yang berlebihan supaya mereka melupakan Engkau. Biarlah kemakmuran itu menjadi perangkap yang menjerat mereka sendiri. Biarlah mata mereka tetap tertutup supaya mereka tidak sadar akan apa yang sedang terjadi pada mereka. Dan biarlah mereka dihukum supaya mereka tetap hidup dalam kesusahan dan memikul beban berat sampai bungkuk selamanya.” Oleh karena itu, tentu ada dari antara kalian yang akan bertanya, “Kalau bangsa Israel sudah tersandung demikian, apakah berarti mereka tidak akan pernah diselamatkan?” Sama sekali bukan begitu! Tetapi akibat dari kesalahan mereka itu, terbukalah jalan keselamatan bagi bangsa-bangsa yang bukan Yahudi. Hal itu termasuk dalam rencana Allah, supaya ketika bangsa Yahudi melihat berkat-berkat yang diberikan kepada bangsa lain, mereka merasa iri. Bangsa Yahudi bersalah karena kekerasan hati mereka, sehingga terbukalah kesempatan bagi bangsa-bangsa lain untuk menerima berkat yang luar biasa. Namun, coba pikirkan betapa lebih luar biasa lagi berkat bagi seluruh dunia ketika Allah memanggil bangsa Yahudi kembali, dan ketika mereka juga mengikuti jalan keselamatan. Sekarang saya berbicara kepada kalian yang bukan bangsa Yahudi. Saya diutus sebagai rasul untuk orang bukan Yahudi, dan saya mengerjakan pelayanan ini dengan bangga dan bersungguh-sungguh. Dengan berbuat begitu, saya berharap bangsa saya sendiri menjadi iri kepada bangsa-bangsa lain. Mudah-mudahan rasa iri itu membuat mereka mau menerima pesan Allah yang saya beritakan, sehingga lebih banyak dari mereka bisa diselamatkan. Ya, memang Allah sudah berbalik dari bangsa Yahudi, supaya semua bangsa lain di dunia mendapat kesempatan untuk berdamai dengan Allah. Jadi, ketika nanti Allah menerima bangsa Yahudi kembali, pastilah kejadian itu sangat menakjubkan, seakan bangsa itu hidup kembali dari kematian, dan seluruh dunia pun ikut bersukacita. Hal itu pasti akan terjadi! Sebab bila nenek moyang mereka diterima dan dibenarkan oleh Allah, maka suatu hari nanti pastilah keturunan mereka juga turut dibenarkan. Karena bangsa Yahudi itu ibarat pohon zaitun yang ditanam di ladang Allah sebagai milik-Nya yang istimewa. Semua cabang pohon itu juga tetaplah milik-Nya. Tetapi pada zaman ini, Allah sedang memotong dan membuang beberapa cabang asli dari pohon zaitun-Nya, lalu mengambil cabang-cabang pohon zaitun liar dan menempelkan mereka ke pohon-Nya itu. Cabang-cabang asli menggambarkan orang Yahudi, dan cabang liar menggambarkan kalian, orang dari bangsa-bangsa lain. Sekarang kalian menerima hidup dan kekuatan dari akar pohon zaitun milik Allah itu. Maka sebagai cabang-cabang baru yang disambungkan, kalian tidak boleh menganggap diri kalian lebih besar daripada cabang-cabang asli yang sudah dipotong dan dibuang! Ingatlah: Bukan kalian yang memberikan hidup kepada akarnya, tetapi akarlah yang memberikan hidup kepada kalian. Lalu di antara kalian yang bukan Yahudi tentu akan ada yang berkata, “Ya benar. Tetapi Allah memotong cabang asli itu supaya aku bisa tersambung pada pohon-Nya!” Betul! Namun perlu diingat bahwa cabang asli itu dipotong karena tidak percaya. Dan kalian yang bukan Yahudi bisa terus bersatu dengan pohon itu hanya karena percaya. Jadi, janganlah kamu sombong. Lebih baik kamu takut kalau-kalau kamu dipotong juga! Karena kalau Allah tidak segan-segan memotong cabang yang asli, maka kalian juga bisa dipotong kalau berhenti percaya. Sekarang sudah terbukti bahwa kebaikan hati Allah sungguh luar biasa, dan hukuman-Nya juga sangat mengerikan! Dia akan menjatuhkan hukuman berat kepada orang-orang yang tidak mau mengikuti jalan keselamatan yang diberikan-Nya. Tetapi Dia sangat berbaik hati kepada kalian, asalkan kalian tetap bergantung pada kebaikan hati-Nya itu! Kalau tidak demikian, kalian juga akan dipotong dari pohon-Nya! Kalau orang Yahudi tidak keras kepala lagi lalu percaya pada berita keselamatan dari Allah, mereka akan disambungkan kembali pada pohon itu. Allah tentu sanggup melakukannya! Buktinya, Dia mampu menyambungkan kalian, cabang pohon zaitun liar, kepada pohon zaitun-Nya yang istimewa, meskipun secara alamiah kalian bukan bagian dari pohon itu. Jadi, tentu lebih mudah bagi Allah untuk menyambungkan kembali cabang asli, yaitu orang Yahudi, yang secara alamiah memang berasal dari pohon-Nya.

Roma 11:1-24 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)

JADI, saya bertanya: apakah Allah telah menolak dan meninggalkan umat-Nya, yaitu bangsa Yahudi? Sama sekali tidak! Ingatlah bahwa saya sendiri orang Yahudi, keturunan Abraham dan warga suku Benyamin. Tidak, Allah tidak membuang umat-Nya sendiri yang sejak semula telah dipilih-Nya. Ingatkah Saudara apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai hal ini? Nabi Elia mengeluh mengenai orang Yahudi dengan mengatakan kepada Allah bagaimana mereka telah membunuh nabi-nabi dan meruntuhkan mazbah-mazbah Allah. Elia menyatakan dialah satu-satunya orang di seluruh negeri itu yang masih mengasihi Allah, dan mereka berusaha membunuhnya juga. Dan ingatkah Saudara bagaimana jawaban Allah? Allah berkata, “Tidak, bukan hanya engkau. Masih ada tujuh ribu orang lagi yang tetap mengasihi Aku dan tidak menyembah berhala!” Sekarang pun demikian halnya. Tidak semua orang Yahudi mengingkari Allah. Ada beberapa yang karena kebaikan Allah telah dipilih-Nya untuk diselamatkan. Dan kalau keselamatan diperoleh karena kebaikan Allah, maka keselamatan itu diberikan bukan karena mereka cukup baik, sebab pemberian cuma-cuma itu bukan cuma-cuma lagi, jikalau orang harus bekerja untuk memperolehnya. Jadi, beginilah keadaannya: kebanyakan orang Yahudi tidak menemukan anugerah Allah yang mereka cari. Hanya beberapa orang yang telah dipilih Allah saja yang menemukannya, sedangkan yang lain telah dibutakan matanya. Itulah yang dimaksudkan dengan apa yang dikatakan Kitab Suci, “Allah telah menidurkan mereka, menutup mata dan telinga mereka, sehingga ketika kita memberi tahu mereka tentang Kristus, mereka tidak mengerti apa yang sedang kita bicarakan. Demikianlah keadaannya sampai sekarang ini. Raja Daud membicarakan hal yang sama waktu ia berkata, “Biarlah pesta-pesta pengorbanan mereka menjadi perangkap tempat mereka menangkap diri mereka sendiri. Biarkan mereka mendapatkan apa yang pantas atas perbuatan mereka! Biarlah mata mereka menjadi kabur, sehingga mereka tidak dapat melihat, dan biarlah mereka selamanya berjalan terbungkuk-bungkuk menanggung beban yang berat.” Apakah ini berarti bahwa Allah telah menolak umat-Nya, bangsa Yahudi, untuk selama-lamanya? Tentu saja tidak! Tujuan-Nya ialah supaya keselamatan-Nya tersedia bagi orang bukan Yahudi, sehingga orang Yahudi akan iri hati dan juga mulai mengingini keselamatan bagi diri mereka sendiri. Jika keselamatan yang ditawarkan Allah membuat dunia menjadi kaya, sedangkan bagi orang Yahudi merupakan batu sandungan dan mereka menolaknya, bayangkan betapa lebih besarnya berkat-berkat yang akan dinikmati dunia kelak, apabila orang Yahudi juga datang kepada Kristus! Seperti Saudara ketahui, Allah telah mengangkat saya sebagai utusan istimewa kepada Saudara, yang bukan orang Yahudi. Hal ini sangat saya tekankan dan selalu saya ingatkan kepada orang-orang Yahudi, supaya mereka mengingini apa yang dimiliki oleh orang-orang bukan Yahudi dan dengan demikian beberapa di antara mereka dapat diselamatkan. Karena waktu Allah berpaling dari mereka, Ia menawarkan keselamatan-Nya kepada seluruh dunia. Alangkah baiknya kalau sekarang orang Yahudi datang kepada Kristus seakan-akan orang yang telah mati hidup kembali! Dan karena Abraham serta para nabi adalah umat Allah, maka anak-anak mereka pun umat Allah. Sebab, jika akar sebatang pohon itu suci, maka cabang-cabangnya pun suci. Tetapi beberapa dari cabang-cabang pohon Abraham itu, beberapa dari orang Yahudi, telah dipatahkan. Dan Saudara-saudara yang bukan orang Yahudi, katakanlah cabang-cabang dari pohon zaitun yang liar, dicangkokkan kepada pohon itu. Jadi, sekarang Saudara juga menerima berkat yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan keturunannya, serta mendapat bagian makanan yang dengan berkelimpahan diberikan Allah kepada pohon zaitun-Nya yang istimewa itu. Tetapi hendaklah Saudara berhati-hati, supaya jangan menyombongkan diri karena Saudara boleh menggantikan cabang yang telah dipatahkan. Ingatlah, bahwa Saudara menjadi orang penting, semata-mata karena Saudara menjadi bagian dari pohon Allah: Saudara hanya merupakan cabang, bukan akar. Mungkin Saudara berkata, “Cabang-cabang itu dipatahkan supaya saya mendapat tempat; jadi, pasti saya ini baik sekali.” Waspadalah! Ingatlah, bahwa cabang-cabang itu, yaitu bangsa Yahudi, dipatahkan karena tidak percaya kepada Allah dan Saudara dicangkokkan karena percaya kepada Allah. Janganlah membanggakan diri, melainkan hendaklah merendahkan hati, berterima kasih, dan berhati-hati. Sebab, jika Allah tidak menyayangkan cabang-cabang yang sejak semula ditempatkan pada pohon itu, Ia juga tidak akan menyayangkan Saudara. Perhatikanlah betapa Allah itu baik, tetapi juga keras. Ia bersikap sangat keras terhadap mereka yang tidak taat, tetapi Ia sangat baik terhadap Saudara, apabila Saudara tetap mengasihi dan memercayai-Nya. Tetapi, jika tidak, Saudara juga akan dipatahkan. Sebaliknya, jika orang Yahudi meninggalkan ketidakpercayaan mereka dan kembali kepada Allah, Allah akan mencangkokkannya lagi pada pohon itu. Ia berkuasa untuk melakukannya. Sebab, jika Allah mau mengambil Saudara—cabang pohon zaitun liar—yang begitu jauh dari Dia, lalu mencangkokkan Saudara pada pohon-Nya sendiri yang baik—suatu hal yang tidak biasa dilakukan—tidakkah Saudara menyadari, bahwa Ia akan lebih bersedia mengembalikan orang Yahudi, yang pada mulanya merupakan bagian pohon itu?

Roma 11:1-24 Perjanjian Baru: Alkitab Mudah Dibaca (AMD)

Jadi, aku bertanya, “Apakah Allah sudah menolak umat-Nya sendiri?” Sama sekali tidak! Sebab aku sendiri juga seorang Israel, keturunan Abraham, dari suku Benyamin. Allah memilih bangsa Israel menjadi umat-Nya sebelum mereka dilahirkan. Dan Ia tidak pernah menolak mereka. Tentu saja kamu tahu apa yang Kitab Suci katakan tentang Elia. Elia mengadukan bangsa Israel kepada Allah. Elia berkata, “Ya Tuhan, mereka membunuh nabi-nabi-Mu dan menghancurkan altar-Mu. Aku satu-satunya yang masih hidup dan sekarang mereka berusaha membunuh aku.” Tetapi jawaban apa yang diberikan Allah kepada Elia? Allah berkata, “Aku masih mempunyai 7.000 laki-laki yang tidak pernah menyembah kepada Baal.” Jadi, sama juga sekarang ini, Allah telah memilih sebagian orang menurut anugerah-Nya. Dan jika Allah memilih mereka menurut anugerah, itu berarti bukan apa yang mereka lakukan yang menjadikan mereka umat-Nya. Kalau itu didasarkan oleh perbuatan mereka, maka kasih karunia Allah itu bukan lagi karunia namanya. Jadi, inilah yang terjadi: bangsa Israel ingin berkat Allah, tapi mereka semua belum menemukannya. Orang yang Ia pilih mendapat berkat-Nya, sedangkan lainnya mengeraskan hati mereka dan menolak untuk mendengarkan-Nya. Seperti Kitab Suci katakan: “Allah membuat mereka tertidur, Allah menutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat, dan Ia menutup telinga mereka sehingga mereka tidak bisa mendengar. Ini masih terus berlangsung hingga sekarang.” Dan Daud berkata, “Biarlah orang-orang itu tertangkap dan terperangkap oleh perjamuan makan yang mereka nikmati. Biarlah saat-saat indah itu membuat mereka jatuh dan mendapat hukuman yang setimpal bagi mereka. Butakan mata mereka sehingga mereka tidak bisa. Biarlah mereka terus membungkuk karena beratnya kesusahan.” Jadi, aku bertanya, ketika orang Israel tersandung, apakah kejatuhan mereka menghancurkan mereka? Sama sekali tidak! Tetapi kesalahan mereka membawa keselamatan kepada orang bukan Yahudi. Tujuannya adalah untuk membuat orang Yahudi menjadi cemburu. Kesalahan dan kegagalan mereka menjadi berkat bagi dunia, kepada bangsa bukan Yahudi. Bayangkan betapa berlimpahnya berkat itu bagi dunia jika mereka semuanya kembali kepada Tuhan. Sekarang aku katakan ini kepada kamu yang bukan Yahudi. Karena akulah yang ditunjuk Allah sebagai rasul untuk orang bukan Yahudi, aku akan melakukan yang terbaik untuk menghormati kepercayaan-Nya. Dengan begitu aku berharap aku dapat membuat bangsaku sendiri cemburu. Dengan begitu, aku dapat menolong sebagian dari mereka untuk diselamatkan. Ketika Allah menolak mereka, Allah bersahabat dengan bangsa lainnya di dunia ini. Jadi, ketika Allah menerima mereka, semua orang yang mati akan dibangkitkan lagi. Jika potongan pertama roti dipersembahkan kepada Allah, maka seluruh roti itu menjadi kudus. Demikian juga jika akarnya kudus, maka seluruh cabangnya juga menjadi kudus. Ini seakan-akan beberapa cabang dari pohon zaitun telah dipotong, dan cabang dari pohon zaitun liar dicangkokkan ke pohon pertama itu. Jika kamu bukan orang Yahudi, kamu adalah sama seperti cabang liar itu, dan sekarang kamu saling membagi tenaga dan hidup dari pohon pertama. Namun, janganlah menjadi sombong dan berpikir seolah-olah kamu lebih baik daripada cabang-cabang yang terpotong itu. Ingatlah bahwa bukan kamu yang memberikan hidup kepada akar, tetapi akarlah yang memberikan hidup kepada kamu. Mungkin kamu akan bilang, “Cabang-cabang itu dipotong supaya aku dapat dicangkokkan ke pohon itu.” Memang benar! Tetapi cabang-cabang itu dipotong karena mereka tidak percaya. Tetapi kamu terus menjadi bagian dari pohon itu karena kamu percaya. Janganlah sombong, tetapi takutlah membuat kesalahan yang mereka perbuat. Sebab, jika Allah tidak membiarkan cabang-cabang asli tetap dipohonnya, Ia tidak akan membiarkan kamu tetap kalau kamu berhenti percaya. Jadi perhatikanlah, Allah itu baik, tetapi Ia juga bisa sangat ketat. Allah menghukum mereka yang berhenti menaati-Nya. Tetapi Allah baik kepada kamu, jika kamu terus percaya pada kebaikan-Nya. Jika kamu berhenti bergantung kepada-Nya, maka kamu juga akan dipotong dari pohon itu. Dan jika orang Yahudi kembali percaya kepada Allah, Ia akan menerima mereka kembali. Allah mempunyai kuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. Bukanlah hal yang biasa bagi cabang liar untuk menjadi bagian dari pohon yang baik. Tetapi kamu, yang bukan Yahudi, adalah seperti cabang dipotong dari pohon zaitun liar, dan dicangkokkan pada pohon zaitun baik. Tetapi orang Yahudi adalah seperti cabang-cabang yang tumbuh dari pohon yang baik. Jadi, tentu saja mereka lebih mudah untuk dicangkokkan kembali ke pohon mereka sendiri.

Roma 11:1-24 Alkitab Terjemahan Baru (TB)

Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiri pun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: ”Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.” Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? ”Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal.” Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia. Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, seperti ada tertulis: ”Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.” Dan Daud berkata: ”Biarlah jamuan mereka menjadi jerat dan perangkap, penyesatan dan pembalasan bagi mereka. Dan biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk.” Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka. Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku, yaitu kalau-kalau aku dapat membangkitkan cemburu di dalam hati kaum sebangsaku menurut daging dan dapat menyelamatkan beberapa orang dari mereka. Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati? Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus. Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu. Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas. Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah! Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga. Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri.

Roma 11:1-24 Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK)

Saya bertanya: Apakah Allah sudah membuang umat-Nya sendiri? Tentu tidak! Saya sendiri seorang Israel keturunan Abraham, dan dari suku Benyamin. Tidak! Allah tidak membuang umat-Nya yang telah dipilih-Nya sejak semula. Saudara-saudara tahu apa yang tertulis dalam Alkitab mengenai Elia, ketika ia mengadukan soal Israel kepada Allah. Elia berkata, “Tuhan, orang-orang sudah membunuh nabi-nabi-Mu dan menghancurkan tempat-tempat mempersembahkan kurban untuk-Mu. Tinggal saya seorang diri dan mereka mau membunuh saya.” Apakah jawaban Allah kepada Elia? Allah menjawab, “Aku sudah meninggalkan tujuh ribu orang untuk diri-Ku sendiri. Mereka belum pernah menyembah Dewa Baal.” Begitu juga sekarang ini: Ada sejumlah kecil orang-orang yang telah dipilih oleh Allah karena rahmat-Nya. Ia memilih mereka berdasarkan rahmat-Nya dan bukan berdasarkan perbuatan mereka. Sebab kalau pilihan Allah itu berdasarkan perbuatan manusia, maka rahmat Allah itu bukan lagi rahmat yang sejati. Jadi, bagaimana? Umat Israel tidak mendapat apa yang mereka cari. Yang mendapatnya hanyalah segolongan kecil orang-orang yang telah dipilih oleh Allah. Yang lain semuanya menjadi keras kepala terhadap panggilan Allah. Sebab di dalam Alkitab tertulis begini, “Allah membuat hati dan pikiran mereka menjadi bebal; dan sampai saat ini mata mereka tidak dapat melihat dan telinga mereka tidak dapat mendengar.” Daud berkata juga, “Biarlah pesta-pesta mereka menjadi perangkap bagi mereka sendiri, dan menjadi lubang, tempat mereka jatuh dan hancur! Biarlah pandangan mereka menjadi gelap supaya mereka tidak dapat melihat; dan biarlah mereka menjadi bongkok selama-lamanya.” Saya bertanya lagi: Ketika orang Yahudi jatuh, apakah itu terjadi supaya mereka hancur? Sekali-kali tidak! Tetapi karena mereka berdosa, maka bangsa lain malah diselamatkan, sehingga menyebabkan orang Yahudi iri hati terhadap bangsa lain itu. Karena bangsa Yahudi bersalah dan tidak menuruti kemauan Allah, maka bangsa-bangsa lain diberkati oleh Allah. Apalagi kalau hubungan bangsa Yahudi dengan Allah menjadi baik kembali; tentu lebih besar lagi berkat yang akan diberikan oleh Allah! Tetapi sekarang baiklah saya berbicara kepada Saudara-saudara yang bukan Yahudi! Selama ini, sebagai rasul untuk bangsa-bangsa yang bukan Yahudi, saya sangat menjunjung tinggi tugas saya. Saya mengharap saya dapat menimbulkan iri hati pada bangsa saya sendiri, supaya dengan jalan itu saya dapat menyelamatkan sebagian dari mereka. Karena mereka ditolak oleh Allah, maka hubungan dunia dengan Allah menjadi baik kembali; apalagi kalau mereka diterima oleh Allah! Tentu itu sama saja seperti orang mati hidup lagi! Kalau sepotong roti yang pertama sudah diberikan kepada Allah, itu berarti seluruh rotinya diberi kepada Allah juga. Dan kalau akar pohon adalah kepunyaan Allah, itu berarti cabang-cabangnya adalah milik-Nya juga. Sebagian dari cabang-cabang pohon zaitun -- yaitu orang-orang Yahudi -- sudah dikerat. Dan pada bekas keratan itu dicangkokkan cabang pohon zaitun liar, yaitu Saudara-saudara yang bukan Yahudi. Saudara dicangkokkan di situ supaya Saudara menikmati segala yang baik dari kehidupan rohani orang-orang Yahudi. Oleh karena itu janganlah kalian menganggap enteng mereka yang sudah dikerat seperti cabang itu. Kalian harus ingat bahwa kalian hanya cabang saja. Dan bukannya cabang yang memberi makan kepada akar, melainkan akar yang memberi makan kepada cabang. Tetapi Saudara akan berkata, “Ya, tetapi cabang-cabang itu dipotong supaya saya dapat dicangkokkan pada pohonnya!” Itu memang benar. Tetapi mereka dibuang karena mereka tidak percaya, sedangkan Saudara diterima karena Saudara percaya. Jadi janganlah Saudara menjadi sombong karenanya; sebaliknya Saudara harus merasa takut. Sebab kalau Allah tidak merasa sayang untuk membuang orang Yahudi yang seperti cabang-cabang asli itu, jangan menyangka Ia akan merasa sayang untuk membuang Saudara! Jadi di sini kita melihat betapa baiknya Allah dan betapa kerasnya juga Ia. Ia bertindak keras terhadap mereka yang berdosa, tetapi Ia baik hati terhadap Saudara -- asal Saudara tetap hidup dari kebaikan-Nya. Kalau tidak, maka Saudara juga akan dibuang. Dan mengenai orang-orang Yahudi itu, kalau mereka berhenti bersikap tidak percaya, maka mereka akan diterima kembali; sebab Allah berkuasa untuk menerima mereka kembali. Saudara yang bukan berasal dari bangsa Yahudi adalah seperti cabang dari pohon zaitun yang liar. Nah, kalau Saudara, bertentangan dengan sifat Saudara, bisa dicangkokkan pada pohon zaitun asli, apalagi orang-orang Yahudi yang diumpamakan dengan cabang-cabang pohon zaitun asli itu. Tentu lebih mudah lagi bagi Allah untuk mengembalikan mereka pada pohon zaitun mereka sendiri.