Mencari Tuhan di Tumpukan KerjaSampel

Mencari Tuhan di Tumpukan Kerja

HARI KE 2 DARI 7

Mencari Tuhan di Tumpukan Kerja

"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kol 3:23)

Sering kali kita itu terjebak ke dalam perumusan soal pekerjaan yang rohani dan tidak rohani. Kalau bekerja di gereja itu pelayanan, pekerjaan penuh kemuliaan. Kalau berkorban jadi misionaris ke ujung dunia, hidup di tengah hutan, itu pengorbanan yang lebih berkenan di mata Tuhan.

Sedangkan kalau kita bekerja di dunia sekuler, itu duniawi banget. Cuma hari Minggu saja kita jadi rohani. Selebihnya kita duniawi. Akibatnya, sering kali kita merasa bahwa apa yang kita lakukan dalam pekerjaan sehari-hari itu sepertinya sia-sia. Lain, kalau kita melakukan sesuatu yang benar-benar “rohani”, seperti pelayanan di gereja. Ikut nyanyi di paduan suara gereja, jadi pemain musik di gereja, ikut membereskan kursi di gereja, dll. Itu buat Tuhan. Kalau pekerjaan sehari-hari itu untuk diri sendiri. Gagal atau berhasil, urusan kita, Tuhan ada di luar.

Kalau sudah terjebak ke model cara berpikir seperti itu, pekerjaan sehari-hari pun rasanya jadi gersang. Akibatnya kita mengalihkan semangat kita untuk bekerja seperti model orang duniawi. Kita bekerja keras, supaya kita tambah sukses, berhasil, naik karier, semakin kaya, semakin terkenal, semakin berkuasa, semakin banyak uang.

Padahal kalau kita lihat kisah di Alkitab, misalnya Yusuf. Kisah hidupnya bukan soal pelayanan rohani, bukan cerita tentang dia menjadi imam atau penginjil. Dia malah bekerja sebagai budak. Tetapi dalam hidup dan pekerjaannya sehari-hari itu, ia menaruh Tuhan di tempat yang terutama. Alkitab berkata, bahwa ia adalah orang yang berhasil, karena Allah menyertai Yusuf. Bahkan pada saat ia masih menjadi budak, loh! Tuhan memberkati dia sampai ia menjadi orang kepercayaan majikannya.

Yusuf diperlakukan sangat tidak adil, bahkan difitnah sampai masuk penjara, malah pada saat “kariernya” kelihatan membaik. Sakit, kan. Seandainya Yusuf menaruh kariernya sebagai hal terutama, pasti ia sudah depresi berat. Namun, Yusuf terus setia mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan, sekali pun di dalam penjara. Pada waktu-Nya, Tuhan mewujudkan rencana besar-Nya, Dia mengangkat Yusuf menjadi orang kedua di seluruh Mesir. Bahkan Tuhan memakainya sebagai bagian dari rencana agung-Nya untuk menyelamatkan keluarga dan bangsanya dari bencana kelaparan.

Saat kita menempatkanTuhan sebagai yang terutama dalam pekerjaan kita sehari-hari, tempat kerja kita pun menjadi altar persembahan kita. Pekerjaan kita menjadi pelayanan kita. Entah kita bekerja di kantor, mengajar di sekolah, menjadi ibu rumah tangga, memasak di dapur, apa pun! Seperti kata Paulus di surat Roma 12:1-2, apa pun yang kita lakukan (lewat tubuh dan pikiran kita), kita taruh di altar sebagai persembahan kita kepada Tuhan, itulah ibadah kita.

Lalu juga dalam surat Kolose, Paulus mengingatkan, apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol 3:23) dan juga, segala sesuatu yang kamu lakukan, lakukanlah dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur. (Kol 3:17). Juga di surat 1 Korintus, jika engkau makan atau minum, atau melakukan apa saja, lakukan itu untuk kemuliaan Tuhan (1 Kor 10:31).

Tidaklah benar, kalau apa yang kita lakukan di gereja lebih rohani daripada di dapur atau di kantor. Intinya, tidak ada istilah rohani atau tidak. Tidak ada pembedaan bahwa ini pelayanan atau itu pekerjaan sekuler.

Apa pun yang kita lakukan, adalah pelayanan dan persembahan kita kepada Tuhan. Kita tidak harus selalu berada di panggung gereja dan kelihatan oleh jemaat.

Sama seperti kisah Yusuf di atas, lewat pekerjaannya sehari-hari, Allah memakainya untuk rencana-Nya yang besar. Bahkan bukan hanya bagi dia pribadi, tetapi bagi seluruh bangsa Israel. Demikian juga saat kita membaktikan hidup kita sehari-hari sebagai pelayanan dan persembahan kita kepada-Nya, Allah akan menuntun kita memasuki rencana-Nya yang sudah Dia siapkan bagi kita.

Kita mungkin tidak tahu seperti apa gambaran rencana Allah bagi kita ke depannya. Namun, ini yang kita tahu pasti, saat kita menyerahkan hidup kita sebagai persembahan bagi Dia, rencana-Nya bagi kita tidak akan pernah gagal.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 1Hari 3

Tentang Rencana ini

Mencari Tuhan di Tumpukan Kerja

Pernahkah kamu merasakan tiba-tiba jenuh sekali di tengah kesibukan kerja? Bukan hanya jenuh, tapi juga gelisah. Terutama buat kita-kita yang bekerja di dunia marketplace, kadang kita merasa pekerjaan kita itu urusan duniawi, tidak se-rohani kalau bekerja atau melayani di gereja. Mari kita ambil waktu untuk merenungkan apa yang Firman Tuhan katakan untuk mencari Tuhan di tumpukan kerja kita, di mana pun kita bekerja.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.thehopemessage.com/