Sikap Hati Menyambut NatalSampel

Suatu kali ada guru sekolah minggu, dan pada awal bulan Desember guru tersebut mengumumkan kepada anak-anak sekolah minggu, “Anak-anak, nanti pada tanggal 25 Desember harap kalian bawa kado yang terbaik untuk Tuhan Yesus dan disalurkan untuk gereja di tempat ini. Terserah kadonya apa, kalian bungkus dan taruh di bawah pohon natal.” Tepat tanggal 25 Desember, anak-anak datang membawa kadonya masing-masing dan mulailah mereka membuka kado itu. Ada yang memberi radio untuk Tuhan, ada yang memberi boneka, handphone, kipas angin, Alkitab dan buku-buku rohani. Namun beberapa saat acara akan berakhir, ada guru yang melihat sebuah kado dalam kotak yang agak besar dibungkus dengan kertas koran, dan ditempatkan di pojok ruangan gereja. Guru ini berpikir, siapa yang memberi dan menaruhnya di sini. Akhirnya dia membuka kado tersebut, betapa terkejutnya guru ini, sebab tiba-tiba ada anak kecil menyembul dari bungkusan kado itu. Guru ini bertanya, “Nak kenapa kamu ada di dalam sini?” dan anak kecil itu menjawab, “Bu guru, saya ini anak orang miskin, tapi saya juga ingin memberikan yang terbaik untuk Tuhan Yesus. Namun saya berpikir uang saya tidak banyak, apa yang terbaik yang dapat aku bisa berikan. Akhirnya saya putuskan, saya berikan diri saya saja untuk Tuhan Yesus.” Dan guru sekolah minggu tersebut berkata, bagus sekali, inilah persembahan yang terindah pada hari Natal, bukan harta benda semata, tetapi yang terutama adalah hidupmu bagi Tuhan.

Kita melihat bahwa orang-orang Majus adalah para filsuf, penasihat raja-raja Persia, dan mereka datang dari tempat yang sangat jauh untuk menyembah Sang Raja. Dan mereka bukan hanya memberikan hartanya, tapi mereka mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Yesus di hari Natal. Kenapa? Karena mereka memiliki sikap hati yang tepat. Dan kita perlu untuk meneladani sikap hati orang-orang majus ini.