KRISTEN DAN IDENTITASNYASampel

KRISTEN  DAN IDENTITASNYA

HARI KE 2 DARI 3

Harga Diri

Secara sederhana, self-esteem berarti “harga diri” atau kemampuan seseorang untuk menyadari “nilai” dirinya sendiri. Akhir-akhir ini, semakin banyak faktor yang dianggap manusia menjadi penentu hal tersebut, seperti penampilan fisik, pencapaian akademis atau non-akademis, keahlian-keahlian, bahkan luasnya jaringan pertemanan dan popularitas. Orang berlomba-lomba menunjukkan kepada dunia setiap pencapaiannya. Alih-alih untuk menguatkan orang lain dan menginspirasi mereka, motivasi kebanyakan orang justru demi melakukan “validasi” baik kepada diri sendiri maupun orang lain, “kalian tentu harus mengapresiasiku atas pencapaian ini!” 

Self-esteem dapat berada pada 2 ekstrem, yakni tinggi dan rendah. Mereka yang memiliki self-esteem tinggi sering disebut sebagai orang yang sombong. Namun, kesombongan juga dapat terwujud dari self-esteem rendah yang sebenarnya sedang mencari perhatian dan kenyamanan dari orang lain. Kedua ekstrem ini adalah gambaran manusia yang terlalu dipenuhi oleh dirinya sendiri—terlalu berfokus pada diri sendiri sehingga sedikit ruang untuk Allah dan “penilaian-Nya” terhadap manusia tersebut. 

Kekristenan memberikan definisi yang sempurna tentang harga diri manusia. Harga tersebut tidak ditentukan oleh apa yang kita perbuat, melainkan oleh apa yang Allah perbuat terhadap manusia. Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya. Pada mulanya manusia lah perwakilan Allah yang berkuasa di bumi. Namun, kejatuhan manusia merusak nilai tersebut, sehingga Allah sendiri dalam rupa manusia harus memulihkan manusia, bukan hanya dari dosa-dosa yang diperbuat, melainkan dari keberadaannya sebagai pendosa ulung. Tidak tanggung-tanggung, Kristus memberikan yang terbaik untuk pemulihan itu: darah-Nya sendiri. Harga tebusan itu tidak dapat dinilai dengan emas maupun perak, pencapaian dan bahkan keahlian apa pun. 

Allah melakukannya karena kasih-Nya yang begitu besar bagi orang percaya. Jika kita menyadari betapa mulianya pemberian Allah agar kita berkenan kepada-Nya, kita akan memiliki self-esteem yang sehat yang didasarkan pada apa yang telah Ia perbuat. Kita tidak akan lagi mau menjadi budak dosa, sebab jika kita percaya kepada Kristus, kitalah anak-anak Allah. Kita tidak akan menilai diri terlalu tinggi atau terlalu rendah, melainkan sesuai dengan kasih karunia-Nya di dalam iman. Siapa kita? Pendosa-pendosa ulung yang dikasihi dan diselamatkan oleh anugerah dari Allah pencipta kita.

Hari 1Hari 3

Tentang Rencana ini

KRISTEN  DAN IDENTITASNYA

Abad ke-21 barangkali merupakan era dimana semakin banyak orang, termasuk orang Kristen, mengalami krisis identitas. Hadirnya berbagai media sosial yang difasilitasi oleh internet membuat setiap orang dapat menciptakan identitas-identitas online yang bisa jadi sangat berbeda dari identitasnya dalam keseharian. Renungan-renungan ini mengajak Anda untuk merefleksikan kembali apa artinya menjadi orang Kristen di tengah maraknya media sosial yang mencoba mendikte citra diri penggunanya.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Perkantas Indonesia yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: http://www.perkantas.net