Datanglah Apa AdanyaSampel

Datanglah Apa Adanya

HARI KE 2 DARI 5

Datanglah Apa Adanya

“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia , supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibr 4:16).

Suatu hari ada kegaduhan saat Tuhan Yesus sedang bersama murid-murid-Nya. Seorang ibu dari Siro-Fenesia berteriak-teriak memanggil-manggil Yesus, tetapi Yesus tidak menggubrisnya. Bahkan murid-murid-Nya merasa terganggu dan meminta Yesus untuk mengusir dia.

Mengapa, ya? Yuk kita lihat alur ceritanya.

[Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.”]

Perempuan itu berseru kepada Yesus dan memanggilnya ‘Anak Daud’. Hanya orang Yahudi yang menggunakan sebutan tersebut pada zaman itu. Ibu itu berusaha datang seolah-seolah sebagai orang Yahudi atau dia berusaha membujuk Yesus dengan pendekatan ala Yahudi.

Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya

[Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”]

Di sini Yesus mulai memancing perempuan itu untuk membuka celahnya dan memberi isyarat bahwa Dia tahu siapa dia.

[Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku.”]

Akhirnya ibu itu menyerah dan hanya memohon dengan singkat, “Tuhan tolonglah aku.”

[Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”]

Jawaban Yesus, duh, kedengarannya kok seperti kasar? Kuncinya ada di kata ‘anjing’, kata yang digunakan adalah ‘kunarion’ yang berarti ‘puppy’ atau anak anjing yang menjadi kesayangan dan peliharaan, jadi tidak untuk merendahkan. Di sini Tuhan Yesus memberikan celah bagi ibu itu untuk menerima anugerah atas dasar kasih karunia semata, bukan karena kelayakan dia atau cara pendekatan dia.

[Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." ]

Ibu itu kini mengerti bahwa dasar anugerah adalah cuma-cuma. Tidak ada yang bisa kita tawarkan atau lakukan untuk memperolehnya.

[Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.]

Tuhan Yesus memuji iman ibu itu. Saat itu juga anak perempuan ibu itu sembuh.

Ibaratnya begini, misalkan saya orang Sunda dan mau minta tolong kepada tetangga saya yang orang Jawa. Saya berasumsi bahwa tetangga saya tidak menyukai orang Sunda. Lalu saya berikhtiar, mungkin dia bisa saya bujuk, kalau saya mendekati dengan “ala Jawa”. Jadi saya datang kepadanya, berpura-pura dengan Bahasa Jawa yang patah-patah.

Nah, padahal tetangga saya itu adalah orang yang sangat tulus dan baik, tanpa peduli saya orang apa. Lalu dia menjawab (sambil bercanda) dengan Bahasa Jawa Kromo Inggil tingkat tinggi yang saya tidak mengerti. Saya cuma cengengesan saja. Terpaksa saya terbata-bata ngomong dengan Bahasa Indonesia.

Lalu dia tersenyum dan memberikan apa yang saya minta, sambil memberi pelajaran, bahwa dia toh tahu saya bukan orang Jawa dan kalau dia memberi, itu karena dia mengasihi saya bukan karena saya sok ‘Jawa-Jawa-an’.

Sekiranya dia langsung menolong saya waktu saya ngomong dengan Bahasa Jawa, maka saya akan bilang ke teman-teman, “Kalau minta tolong sama dia, begini nih caranya, pakai pendekatan Jawa, jadi hatinya melunak...”. Saya tidak akan pernah tahu bahwa dia sebetulnya orang yang tulus.

Itulah yang Tuhan Yesus hendak nyatakan pada perempuan itu. Dia ingin perempuan itu datang saja apa adanya dan Tuhan Yesus menyatakan bahwa anugerah itu membuka pintu lebar-lebar. Dia ingin ibu itu tahu bahwa Dia adalah Tuhan yang baik dan bahwa di dalam Kristus ibu itu menjadi anak-anak Tuhan juga.

Kita selalu dapat datang ke tahta penuh kasih karunia, tanpa merasa harus melayakkan diri. Semakin kita berusaha melayakkan diri, semakin kita jauh dari tahta anugerah itu. Nah, apakah kita masih seperti perempuan Kanaan itu yang berusaha membujuk Tuhan dengan sesuatu? Dengan kepura-pura-an? Dengan sesuatu yang kita perbuat dan beri? Atau dengan berteriak-teriak dan melolong-lolong?

Datanglah kepada Yesus apa adanya, karena Dia mengasihi kita apa adanya.

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 1Hari 3

Tentang Rencana ini

Datanglah Apa Adanya

Kadang-kadang kita merasa kering dan Tuhan itu jauh saat kita berdoa. Seolah kita berusaha mencari-cari Tuhan, tapi rasanya seperti jauh dan kita merasa tidak layak. Lain waktu kita merasa berdoa itu seperti beban, kita melakukannya karena tugas rohani dan merasa bersalah kalau tidak melakukannya. Tetapi tahukah kita bahwa Tuhan rindu, sungguh rindu, untuk berdua-an dengan kita, seperti sahabat, seperti Bapa dengan anak, karena cinta-Nya.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://www.thehopemessage.com/