Belajar Menjadi Murah HatiSampel
Allah yang Murah Hati
Bagaimana kita memandang Allah akan menentukan bagaimana kita hidup.
Bila kita percaya Allah itu pelit, membatasi kesenangan kita, tidak mau kita hidup berlimpah; maka kita akan hidup dengan sikap pelit atau tidak mau berbagi; senantiasa berjaga-jaga seakan orang lain ingin mengambil milik kita dan hidup kita jauh dari ketenangan.
Sebaliknya, bila kita percaya bahwa Allah itu murah hati, senang memberi, menyediakan segala kebutuhan kita, tidak pernah membiarkan kita kekurangan; maka kita akan hidup dengan kemurahan hati. Kita mau berbagi dengan orang lain dan hidup dengan damai karena percaya Tuhan akan memelihara hidup kita.
Nah, bagaimana pandangan Anda tentang Allah selama ini?
Di Kejadian 2:16-17, kita melihat betapa Allah itu murah hati, ketika Ia memberikan seluruh pohon dalam taman Eden untuk dapat dimakan buahnya dengan bebas. Ia hanya memberi satu pengecualian: jangan memakan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, karena ketika manusia memakannya, maka ia akan mati.
Bila ayah Anda memberi Anda kebebasan untuk membeli seluruh mainan yang ada di toko kecuali satu mainan saja, bukankah ayah Anda itu sedang bermurah hati? Tanpa satu mainan itu pun, Anda sudah sangat senang dengan banyaknya mainan yang lain, bukan? Tanpa makan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat pun, Adam dan Hawa tidak akan pernah kelaparan. Mereka memiliki persediaan buah dari pohon-pohon lain yang begitu berlimpah. Namun Iblis dalam bentuk ular menanamkan kebohongan yang masih suka berdampak kepada kita sampai saat ini.
Dalam Kejadian 3:4-5, Iblis memutarbalikkan fakta dan menanamkan keraguan di benak manusia, seolah-olah Allah itu pelit dan tidak mau mereka menjadi seperti Allah; tahu yang baik dan yang jahat. Teperdaya oleh kebohongan tersebut, Adam dan Hawa memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, yang sudah dilarang oleh Allah. Sejak itu juga, dosa masuk ke dalam kehidupan manusia (Roma 5:12-14).
Kebenarannya adalah, kita memiliki Allah yang murah hati. Dari awal, Ia menyediakan segala kebutuhan manusia. Kita juga merasakan kemurahan hati Allah yang terbesar melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib untuk menebus dosa kita. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya."
Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
"Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.” – Efesus 1:3-8
Pengorbanan Kristus merupakan teladan kasih Allah sekaligus kemurahan hati-Nya yang begitu besar. Karena kemurahan hati-Nya, kita yang telah jauh karena dosa, menjadi dekat (Efesus 2:13). Kita yang sebelumnya musuh, sekarang diperdamaikan-Nya (Kolose 1:21-22) dan kita menjadi anak-anak Allah (Efesus 1:5). Kita yang sebelumnya berdosa, telah menerima pengampunan dosa (Efesus 1:7). Sungguh pemberian yang luar biasa dan begitu murah hati!
Kasih selalu melibatkan pemberian. Seorang misionaris bernama Amy Carmichael berkata, “Anda dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi tidak dapat mengasihi tanpa memberi.” Karena kita telah menerima kemurahan Allah, itulah yang menjadi sumber kemurahan kita kepada sesama. Mulai hari ini, apakah Anda mau mempercayai Allah sebagai Allah yang murah hati?
Kemurahan hati dimulai dari mempercayai bahwa Tuhan adalah Sumber.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Hidup yang sungguh-sungguh mengalami kasih karunia Tuhan akan menghasilkan hati yang terbuka untuk menjadi berkat buat orang lain. Kita dapat memberi tanpa mengasihi, tapi kita tidak dapat mengasihi tanpa memberi. Mari renungkan bersama; bahwa aspek terbesar yang menandakan kedewasaan kita sebagai murid Kristus dan anak-anak Tuhan, adalah kemurahan hati kita; bukan aktivitas maupun kegiatan agamawi.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Jakarta Praise Community Church yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://jpcc.org