Belajar Menjadi Murah HatiSampel
Berpartisipasi Dalam Pekerjaan Allah
Kita telah belajar bahwa kita memiliki Allah yang murah hati dan kita telah menerima pemberian-Nya yang paling berharga yaitu pengorbanan Kristus di atas kayu salib. Kita juga telah belajar bahwa dengan memercayai Allah adalah sumber atas segala sesuatunya, kita dapat memulai hidup yang berkemurahan kepada orang lain. Kita tidak perlu mempunyai banyak untuk mulai memberi, kita bisa mulai memberi dengan apa saja yang sudah ada di tangan kita, kapan saja, dan di mana saja.
Lalu ada sebuah paradoks indah: kita lebih berbahagia memberi daripada menerima. Semakin kita memberi, dunia kita menjadi semakin besar, tetapi semakin kita menahan untuk tidak memberi, dunia kita semakin kecil. Lalu sekarang pertanyaannya, ke manakah kita harus memberi?
Anda tentu dapat memberi kepada siapa saja yang membutuhkan, siapa saja yang mau Anda berkati. Namun Firman Tuhan memberikan perhatian khusus juga kepada memberi untuk kepentingan memperbesar pekerjaan Tuhan.
Dalam Kisah Para Rasul 2:42-47, dideskripsikan kehidupan jemaat mula-mula saat itu. Mereka hidup kaya dengan kemurahan hati di mana selalu ada di antara mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagikan kepada semua orang sesuai keperluan masing-masing. Ini prinsip kemurahan hati yang terjadi dalam lingkup sesama orang percaya. Gereja saat itu bersatu, mereka menganggap orang percaya lainnya sebagai keluarga. Oleh karena itu, bila ada satu yang kesulitan, yang lain akan dengan sigap menolong.
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. – Efesus 2:19-20
Dalam 2 Korintus 8:1-5, Paulus memuji kemurahan hati jemaat di Makedonia yang meskipun mereka juga sedang menderita dan berada dalam kemiskinan, mereka tetap memberi dengan penuh kemurahan untuk menolong jemaat di Yerusalem (1 Korintus 16:1-4). Mereka bukan hanya memberi sesuai kemampuan mereka, tetapi juga melebihi kemampuan mereka. Oleh karenanya, Paulus pun mengajarkan jemaat di Korintus untuk kaya dalam kemurahan seperti jemaat di Makedonia.
Dalam Perjanjian Baru, tidak pernah disebutkan berapa jumlah yang harus diberikan. Namun ada satu prinsip yang diajarkan oleh Paulus dalam 2 Korintus 9:7-8 yaitu, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.” Paulus mengajarkan kita untuk memberi dengan sukacita.
Bila Anda memiliki kesungguhan hati untuk memberi untuk kepentingan pekerjaan Allah, Allah juga yang akan menyediakan benih kepada Anda. “Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami,” (2 Korintus 9:10-11). Buah dari pelayanan kemurahan ini adalah orang-orang akan mengucapkan syukur kepada Allah.
Perlu diperhatikan, memberi untuk gereja atau pekerjaan Allah lainnya bukanlah sebuah investasi untuk mendatangkan berkat materi di kemudian hari. Kita memberi bukan karena ingin mendapatkan return atau imbal hasil yang lebih besar dari pemberian kita. Kita memberi sebagai ucapan syukur atas kasih Allah, atas kemurahan-Nya, dan untuk menolong sesama orang percaya yang membutuhkan karena kita semua adalah satu tubuh.
Apakah Allah sanggup memberkati Anda secara materi di kemudian hari? Tentu saja. Tetapi apabila Anda tidak diberkati secara materi pun, Anda akan berlimpah dengan sukacita, damai sejahtera, dan kasih dalam hidup Anda. Berkat dari Tuhan tidak terbatas dari hal-hal yang sifatnya materi saja.
Paulus hidup berkemurahan dan senantiasa memberi meskipun sedang menderita. Namun dilihat dari permukaan, ia tidak mendapatkan imbal hasil materi yang membuatnya kaya di mata dunia. “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku,” (Filipi 4:11-13).
Jemaat di Filipi memberikan pemberian materi kepada Paulus, yang mungkin tidak banyak secara nominal, namun Paulus berbahagia lebih karena apa yang pemberian tersebut lakukan dalam hati mereka yang memberi lebih, daripada dampaknya kepada dirinya yang menerimanya (Filipi 4:17). Dan ia memberikan janji bahwa Allah lah yang akan menyediakan kebutuhan jemaat di Filipi. “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus,” (Filipi 4:19).
Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu. – Amsal 19:17
Ketika Anda memberi, baik dalam kelimpahan maupun kekurangan Anda, Anda sedang memercayakan hidup Anda kepada Tuhan. Allahlah yang akan memelihara dan memenuhi kebutuhan Anda. Kembali lagi, ini bukan berarti memberi untuk pekerjaan Tuhan menjadi sebuah investasi materi. Memberi untuk pekerjaan Tuhan dengan sukacita adalah kehendak Allah yang merupakan sebuah keistimewaan (privilege), yang membuka pintu dalam hidup Anda untuk merasakan pemeliharaan dan kesetiaan Tuhan secara lebih intim, dan membuat Anda bertumbuh dalam iman kepada-Nya.
Tempat terbaik untuk memberi adalah pemberian yang memajukan misi gereja Tuhan di bumi.
Tentang Rencana ini
Hidup yang sungguh-sungguh mengalami kasih karunia Tuhan akan menghasilkan hati yang terbuka untuk menjadi berkat buat orang lain. Kita dapat memberi tanpa mengasihi, tapi kita tidak dapat mengasihi tanpa memberi. Mari renungkan bersama; bahwa aspek terbesar yang menandakan kedewasaan kita sebagai murid Kristus dan anak-anak Tuhan, adalah kemurahan hati kita; bukan aktivitas maupun kegiatan agamawi.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Jakarta Praise Community Church yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: https://jpcc.org