KRISTEN DAN KELUARGANYASampel

Hai, Kamu Adalah Keluargaku! 

Secara umum, ada dua sikap yang biasanya kita tunjukkan dalam keluarga. Pertama, kita begitu terikat dan selalu berusaha memuaskan keluarga. Kita bahkan rela melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya, atas nama keluarga. Sebaliknya, kita dapat membangun tembok untuk melindungi diri kita dari kekecewaan yang lebih dalam. Kita cenderung memutuskan hubungan dengan keluarga. Ironisnya, kedua sikap ini semakin melukai diri dan keluarga kita. 

Yesus memiliki sikap yang unik mengenai keluarga. Ketika ibu dan saudara-saudara-Nya mencari, Yesus berkata, “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Sambil melihat murid-murid-Nya, Ia berkata, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku” (Mrk 3:33-35). Yesus menunjukkan adanya keluarga yang lebih tinggi dari keluarga di dunia, yaitu “keluarga Diri-Nya” (Yesus dan murid-murid-Nya). Yesus menunjukkan keluarga duniawi kita bukanlah yang tertinggi (ultimate). Yesus berulang kali menegaskan hal ini di kesempatan lain (bdk. Mat 10:27, Mrk 10:29-31).

Sikap Yesus yang menempatkan keluarga duniawi di bawah “keluarga Diri-Nya” adalah sebuah peringatan sekaligus penghiburan. Kita harus jujur mengakui bahwa kita sering tergoda “mengagungkan” keluarga duniawi yang sempurna. Akibatnya, kita selalu meminta lebih dari apa yang keluarga kita mampu berikan. Inilah yang sering kali membuat kita sulit mengampuni dan menerima keluarga kita apa adanya. Di saat yang bersamaan, sikap ini juga mengingatkan bahwa di dalam Yesus, kita telah memiliki sebuah keluarga yang kita perlukan. Meskipun kita tidak menerimanya dari keluarga duniawi, kita bisa mengalami kasih, penerimaan, pengakuan, tali persaudaraan, perlindungan, penghargaan, dan kekayaan kekeluargaan lainnya. Inilah penghiburan sejati yang memampukan kita melihat keluarga duniawi kita sebagaimana adanya.

Ambillah waktu untuk merefleksikan: Apa yang menjadi kecenderungan sikap Anda ketika berelasi dengan keluarga dalam segala kondisinya? Apa yang TUHAN ingatkan mengenai sikap Anda?