Kekristenan dan Profesionalisme 4Sampel
SAKIT DAN SAKIT-SAKITAN
“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya” (Yohanes 6:27)
Profesional, saya pernah mendengar ajaran dari orang desa yang polos dan lugu. “Jika sakit ringan, jangan dimanjakan. Nanti malah bertambah berat,” ujarnya. Dia bahkan menambahkan, “Jika terkena flu, makanlah makanan yang mengandung cabe. Setelah makan kenyang, kita akan berkeringat dan sembuh.”
Mungkin kita berbeda pendapat dengannya. Bukankah tubuh yang sakit menandakan bahwa tubuh butuh beristirahat? Namun, apa yang dia katakan itu seringkali terbukti benar. Jika kita sakit ringan dan kita manjakan, maka kita akan sakit beneran. Aneh, bukan? Bukankah kalau sakit flu obat yang terbaik adalah istirahat? Saya setuju. Walaupun demikian, istirahat yang berlebihan justru akan membuat tubuh sakit-sakitan. Mengapa? Karena tidak digerakkan! Itulah sebabnya saya memaksa diri untuk tetap bekerja jika masih kuat. Baru kalau sakitnya parah—misalnya buang air terus-menerus dan muntah-muntah—saya pasti istirahat. Atau jika saya sakit mata, saya lebih baik tidak masuk kerja. Mengapa? Karena bisa menularkan penyakit itu kepada rekan-rekan sekerja. Akibatnya kepentingan yang lebih besar akan terganggu.
Profesional, itulah beda antara sakit dan sakit-sakitan. Jika tubuh kita sakit, itu tanda dari Tuhan bahwa kita butuh istirahat yang cukup. Kata ‘cukup’ ini bukan berarti berlebihan. Kedua, kita mungkin memang kurang tidur. Stress atau kelebihan beban kerja juga bisa membuat kita sakit. Ketiga, jika tubuh kita sering sakit, kita harus cek ke dokter. Kalau perlu general check up. Siapa tahu memang ada organ tubuh kita yang meradang. Pencipta kita paling tahu kondisi tubuh ciptaan-Nya bukan? Berpalinglah kepada-Nya.
Doa: Bapa, ajar aku untuk menjaga kesehatan dengan baik. Dan tahu kapan saatnya beristirahat memulihkan jasmani dan rohani.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini
Tidak ada hubungan antara iman dan hidup keseharian! Pemikiran seperti ini seringkali masih dimiliki oleh orang Kristen. Tidaklah mengejutkan jika seseorang akan menjadi orang yang berbeda pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Di dalam area agama, seseorang akan menggunakan kitab suci dan pengajaran agamanya sebagai acuan kebenaran. Sementara di dalam kehidupan profesi, standar kebenaran diukur dengan alat yang lain seperti uang, prestasi, kekuasaan, atau kenyamanan.
More
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Xavier Quentin Pranata yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi: http://xavier.web.id