Kekristenan dan Profesionalisme 4Sampel

Kekristenan dan Profesionalisme 4

HARI KE 3 DARI 5

NAMA BAIK

“Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas” (Amsal 22:1)

Profesional, di zaman modern ini kita seakan masih mendengar orasi William Shakespeare, “What is in a name?” Apa artinya sebuah nama? Bagi saya penting sekali! Nama baik, menurut Amsal, lebih berharga daripada kekayaan besar! Nama baik perusahaan salah satunya dijaga dengan mengingat nama orang lain dengan baik! Mau contoh?

Setelah menghadiri suatu acara di sebuah gedung pertemuan, saya bersama seorang teman dekat, ngopi di sebuah coffee shop yang cukup dikenal di tanah air. Setelah mengobrol ke sana kemari masalah pekerjaan dan pelayanan, teman saya itu mengeluarkan kartu kreditnya dan membayar makanan dan minuman kami. “Saya member di tempat ini, tetapi kartunya tidak saya bawa. Saya tetap bisa dapat discount kan?” Pelayan yang datang menganggukkan kepalanya dan pergi. Tidak lama kemudian dia kembali. Ternyata makanan kami tidak di-discount. “Lho, katanya bisa?” tanya teman saya. “Maaf, Pak, komputer di sini belum on line!” Saat teman saya sedikit mendesak, dia berkata, “Nama Bapak siapa?” Sungguh tidak profesional! Bukankah dia bisa membaca di kartu kredit?

Profesional, hal itu sungguh berbeda saat saya menghadiri sebuah pertemuan yang diadakan oleh sebuah bank swasta. Begitu duduk di acara launching pelayanan perbankan via telepon dan internet itu, seorang petugas mendekati saya dan bertanya, “Apa Pak Xavier ada kesulitan di dalam menjalankan aplikasi M-Banking?” Sungguh profesional. Mengingat nama adalah suatu tindakan yang memuaskan pelanggan. Eh, ngomong-ngomong nama Anda siapa? He, he, he. 

Doa: Bapa, aku sungguh bersyukur karena Engkau mengenal aku sejak dalam kandungan. Namaku sungguh berharga sehingga Yesus rela mati bagiku. Thank you Lord!

Firman Tuhan, Alkitab

Hari 2Hari 4

Tentang Rencana ini

Kekristenan dan Profesionalisme 4

Tidak ada hubungan antara iman dan hidup keseharian! Pemikiran seperti ini seringkali masih dimiliki oleh orang Kristen. Tidaklah mengejutkan jika seseorang akan menjadi orang yang berbeda pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Di dalam area agama, seseorang akan menggunakan kitab suci dan pengajaran agamanya sebagai acuan kebenaran. Sementara di dalam kehidupan profesi, standar kebenaran diukur dengan alat yang lain seperti uang, prestasi, kekuasaan, atau kenyamanan.

More

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Xavier Quentin Pranata yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi: http://xavier.web.id