Rahmat Limpah Ruah Tiap HariSampel

Hidup Adalah Hadiah Bukan Soal Untung Rugi
Halo! Pernah nggak sih kamu merasa tiba-tiba jenuh di tempat kerja? Bukan cuma capek secara fisik, tapi juga gelisah dan kehilangan arah, seolah-olah rutinitas harianmu nggak punya tujuan yang jelas? Rasanya berat banget tiap pagi harus berangkat kerja, seperti menyeret kaki tanpa semangat. Kita kerja keras, tapi kadang lupa: sebenarnya kita kerja buat apa sih? Buat cari uang supaya bisa hidup? Tapi... apakah hidup cuma soal itu?
Banyak orang bilang sukses itu soal punya mobil mewah, baju branded, dan liburan eksotis yang bisa dipamerkan di media sosial. Nggak salah sih, uang memang penting. Tapi apakah itu benar-benar kunci hidup yang bahagia dan bermakna?
Salomo, dalam kitab Pengkhotbah, punya pandangan yang beda. Ia menuliskan perjalanan hidupnya sendiri—penuh pencarian akan kekayaan dan kemewahan. Tapi ujungnya? Kosong. Ia kejar pengetahuan sebanyak mungkin, tapi tetap terasa seperti mengejar angin. Ia menikmati segala kesenangan dunia, membangun istana megah, taman indah, mengumpulkan emas dan perak. Singkatnya, ia mencapai puncak kejayaan yang melampaui semua raja Israel. Tapi akhirnya, semua itu hampa. Ia menyimpulkan: semua hanya kesia-siaan, seperti mengejar angin. Tidak ada satu pun dari dunia ini yang benar-benar memberi makna sejati.
Salomo menulis, “Aku tahu bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada bersukacita dan menikmati hidupnya. Makan, minum, dan menikmati hasil kerja—itulah karunia dari Tuhan.”
Tuhan ingin kita menikmati hidup ini sepenuhnya. Banyak orang berpikir bahwa Tuhan itu membatasi kebahagiaan kita. Padahal, sebaliknya. Ia ingin kita mengalami sukacita sejati dan hidup yang penuh makna. Yesus berkata, “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10b).
Ia tidak datang untuk menambah beban hidup kita. Ia datang supaya kita bisa hidup dengan kelimpahan—hidup yang berlimpah sampai meluap. Tuhan rindu agar hidup kita di bumi ini benar-benar berarti.
Lihatlah hidup bukan sebagai arena kompetisi untuk meraih piala terbesar, tapi sebagai hadiah dari Tuhan. Ketika kita memandang hidup sebagai karunia, perspektif kita akan berubah. Kita akan menjalani hidup sebagai ungkapan syukur kepada-Nya.
Kalau kita terus melihat hidup sebagai ajang perebutan harta dan popularitas, suatu saat kita akan sampai di titik jenuh dan merasa kosong.
Sebaliknya, jika kita percaya bahwa hidup adalah pemberian Tuhan, maka hidup kita akan dipenuhi sukacita dan rasa syukur. Apa pun yang terjadi, kita tahu bahwa Tuhan memelihara dan memberkati kita.
Kita tidak lagi lelah mengejar ambisi pribadi. Kita tetap berusaha yang terbaik, bermimpi besar, dan mengejar pencapaian—bukan demi gengsi, tapi sebagai bentuk syukur atas kasih karunia Tuhan. Hidup seperti ini bisa dijalani dengan tenang dan penuh rasa terima kasih. Inilah hidup yang berkelimpahan, seperti yang Tuhan inginkan untuk kita nikmati sepenuhnya.
Hidup bukanlah soal keuntungan yang harus dikejar, tapi hadiah dari Allah yang kita terima.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini

Hidup jarang terbentuk dari momen-momen besar yang dramatis. Lebih sering, ia dibentuk oleh alarm pagi yang berbunyi terlalu cepat, daftar tugas yang belum selesai, dan detik-detik keraguan yang muncul di antara rapat dan waktu makan. Di tengah kesibukan, pergumulan dan tekanan, Tuhan hadir di tengah langkah kecil kita, di antara tugas-tugas yang belum selesai, di dalam keheningan yang kita anggap sepele. Dan di sanalah, kasih karunia-Nya menyapa. Kasih karunia Tuhan cukup—karena kasih karunia-Nya memberi segalanya. Ia tidak menahan apa pun. Ia tidak memberi setengah hati. Ia mencurahkan sepenuhnya.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.thehopemessage.com