Rahmat Limpah Ruah Tiap HariSampel

Rahmat Limpah Ruah Tiap Hari

HARI KE 9 DARI 30

Peganglah Tanganku, Roh Kudus

Kadang kita merasa seperti sedang berada di tempat yang kering dan jauh dari Tuhan saat berdoa. Kita mencari Tuhan, tapi Ia terasa begitu jauh. Teresa dari Avila, seorang biarawati abad ke-16, pernah mengalami hal yang sama. Ia menghabiskan delapan belas tahun mencari Tuhan tanpa hasil, sampai akhirnya ia menemukan bahwa Kristus ternyata tinggal di dalam dirinya, saat membaca Kolose 1:27, “Kristus di dalam kamu, pengharapan akan kemuliaan.”

Benar sekali—Tuhan ada di dalam kita, selalu dan selamanya. Ia tidak pernah jauh, dan Ia tidak pernah meninggalkan kita sendirian.

Lihatlah doa-doa Raja Daud dalam kitab Mazmur. Doanya nyata, jujur, dan penuh emosi. Daud mencurahkan isi hatinya—entah saat marah, stres, depresi, tertindas, atau takut. Tapi di tengah semua itu, ia tetap berpegang pada Tuhan, menaruh harapan dan kepercayaannya kepada-Nya. Satu hal yang konsisten dari Daud: ia selalu merindukan hadirat Tuhan, apa pun yang sedang ia alami. Perhatikan ayat-ayat ini:

📖 Mazmur 63:2-4
“Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang Engkau di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.”

📖 Mazmur 139:7-8
“Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadirat-Mu? Jika aku naik ke langit, Engkau ada di sana; jika aku berbaring di dunia orang mati, di situ pun Engkau ada.”

📖 Mazmur 27:4
“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.”

📖 Mazmur 23:6b
“… dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”

Kesadaran Daud akan hadirat Tuhan mengingatkan kita pada Brother Lawrence, seorang biarawan Karmelit dari abad ke-17. Dalam bukunya The Practice of the Presence of God, ia menulis:

“Tuhan tidak meminta banyak dari kita, hanya satu pikiran tentang Dia dari waktu ke waktu, satu tindakan penyembahan kecil, kadang meminta kasih karunia-Nya, kadang mempersembahkan penderitaan kita, kadang bersyukur atas anugerah yang telah dan sedang Ia berikan. Di tengah kesulitan, carilah penghiburan dalam Dia sesering mungkin. Angkatlah hatimu kepada-Nya saat makan atau bersama orang lain; bahkan ingatan kecil pun sangat menyenangkan bagi-Nya. Kita tidak perlu berteriak keras; Ia lebih dekat dari yang kita kira.”

Doa bukan sekadar ritual. Jika kita memperlakukannya sebagai tugas dalam daftar harian, maknanya akan hilang. Doa tidak bergantung pada situasi atau perasaan kita. Doa bergantung pada belas kasih Tuhan yang selalu memandang kita dengan kerinduan.

Doa sesederhana berada dalam hadirat-Nya—cukup satu pikiran tentang Dia, atau hati yang berserah kepada Roh Kudus. Seperti tertulis dalam Roma 8:26, bahkan saat kita “tidak tahu bagaimana harus berdoa,” dan yang keluar hanyalah keluhan tak terucap, Roh Kudus sendiri yang berdoa bagi kita.

Doa adalah hidup selaras dengan hadirat Tuhan, berjalan berdampingan dengan Roh Kudus, dan berbicara dari hati ke hati dengan Bapa Surgawi kita. Bukan soal kata-kata indah atau penampilan doa yang megah, tapi tentang keluhan hati yang kita naikkan kepada Tuhan—itulah doa kita.

Kiranya kita menyerahkan hati kita dan membiarkan Roh Kudus memimpin setiap langkah kita, hari demi hari, berjalan seiring dengan-Nya.

Firman Tuhan, Alkitab

Tentang Rencana ini

Rahmat Limpah Ruah Tiap Hari

Hidup jarang terbentuk dari momen-momen besar yang dramatis. Lebih sering, ia dibentuk oleh alarm pagi yang berbunyi terlalu cepat, daftar tugas yang belum selesai, dan detik-detik keraguan yang muncul di antara rapat dan waktu makan. Di tengah kesibukan, pergumulan dan tekanan, Tuhan hadir di tengah langkah kecil kita, di antara tugas-tugas yang belum selesai, di dalam keheningan yang kita anggap sepele. Dan di sanalah, kasih karunia-Nya menyapa. Kasih karunia Tuhan cukup—karena kasih karunia-Nya memberi segalanya. Ia tidak menahan apa pun. Ia tidak memberi setengah hati. Ia mencurahkan sepenuhnya.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.thehopemessage.com