Rahmat Limpah Ruah Tiap HariSampel

Digendong di Pundak Tuhan
Seorang ibu menerima pesan dari putrinya yang sedang kuliah di luar negeri. Ia membaca baris demi baris dengan jantung berdebar.
"Ma, maafkan aku. Jangan kaget ya, Ma. Tapi... ternyata aku hamil. Aku berencana tinggal bersama pacarku, dan ingin berhenti kuliah... Maafkan aku, Ma..."
"............"
Hening panjang. Seperti keabadian.
Jantung sang ibu nyaris berhenti. Dadanya sesak, pikirannya kacau.
Lalu ia membaca baris terakhir.
"Cuma bercanda, Ma. Tapi yang ini serius: aku nggak lulus mata kuliah Matematika, harus ulang."
Seketika, sang ibu merasa lega luar biasa. Gagal satu mata kuliah ternyata bukan masalah besar. Kalau anaknya langsung bilang gagal, mungkin ia akan memarahinya habis-habisan. Tapi sekarang? Ia bahkan tidak berniat menegur.
Hidup kadang seperti itu, bukan? Kita sering merasa kewalahan oleh keadaan karena hanya melihat dari satu sudut pandang. Tapi saat kita mengubah cara pandang, rasa syukur mulai muncul.
Kisah klasik yang sering jadi pelajaran adalah kisah bangsa Israel. Mereka kehilangan berkat yang seharusnya mereka terima karena keluhan dan ketidakpuasan.
Ah, tapi kita nggak seperti mereka... mungkin kamu berpikir begitu.
Sekarang bayangkan kalau kita ada di posisi mereka.
Nyaman? Jauh dari itu. Panas, tanpa AC.
Lelah? Bayangkan berjalan kaki di padang gurun selama 40 tahun!
Makanan enak? Menunya sama setiap hari: roti manna.
Masa depan? Katanya suatu hari mereka akan sampai di tanah perjanjian yang dihuni oleh raksasa.
Dan seterusnya...
Kalau kita bandingkan situasi mereka dengan kita, bagaimana jadinya?
Apa yang mereka lewatkan?
Mereka gagal melihat dari sudut pandang yang berbeda:
Apakah mereka lemah dan rentan? Tidak. Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dengan membelah Laut Merah dan menenggelamkan musuh mereka.
Apakah mereka kekurangan? Tidak. Saat mereka haus, Tuhan memberi air. Saat lapar, ada makanan.
Apakah mereka berjalan dalam ketidakpastian? Tidak. Tuhan menyertai mereka lewat tiang awan dan tiang api.
Apakah penduduk Kanaan menakutkan? Justru sebaliknya—suku-suku itu ketakutan saat mendengar tentang bangsa Israel dan mukjizat Tuhan di Mesir.
Dan akhirnya, seperti yang Musa simpulkan: Tuhan telah menggendong mereka seperti seorang ayah menggendong anaknya.
Jangan pandang hidupmu seolah kamu sedang merangkak di tanah. Lihatlah dari sudut pandang bahwa kamu sedang digendong oleh Tuhan. Pemandangan saat merangkak berbeda dengan pemandangan dari atas pundak Tuhan.
Jadi, kalau kamu sedang merasa lelah dan kewalahan, cobalah melihat dari sudut pandang yang baru. Lihatlah dari sudut pandang Tuhan, yang memandangmu dengan kasih yang melimpah. Apa pun yang kamu hadapi sekarang, sekelam apa pun masa depan terlihat, berhentilah sejenak. Rasakan Tuhan sedang menggendongmu di atas pundak-Nya.
Segalanya akan aman dan baik dalam pelukan-Nya.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini

Hidup jarang terbentuk dari momen-momen besar yang dramatis. Lebih sering, ia dibentuk oleh alarm pagi yang berbunyi terlalu cepat, daftar tugas yang belum selesai, dan detik-detik keraguan yang muncul di antara rapat dan waktu makan. Di tengah kesibukan, pergumulan dan tekanan, Tuhan hadir di tengah langkah kecil kita, di antara tugas-tugas yang belum selesai, di dalam keheningan yang kita anggap sepele. Dan di sanalah, kasih karunia-Nya menyapa. Kasih karunia Tuhan cukup—karena kasih karunia-Nya memberi segalanya. Ia tidak menahan apa pun. Ia tidak memberi setengah hati. Ia mencurahkan sepenuhnya.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.thehopemessage.com