Rahmat Limpah Ruah Tiap HariSampel

Tenanglah
Bagaimana reaksi kita saat mendengar kabar buruk?
Sering kali, kita panik. Ada bagian dalam otak kita yang disebut amygdala, yang memicu respons “lawan atau lari.” Kepanikan ini bisa membuat kita mengambil keputusan yang keliru atau hidup dalam tekanan yang terus-menerus.
Tapi bagaimana reaksi Martin Luther saat menghadapi kabar yang mengecilkan hati?
Salah satu Mazmur favorit Luther adalah Mazmur 46. Tercatat bahwa di saat-saat tergelap dalam hidupnya, Luther akan mengajak teman-temannya menyanyikan Mazmur ini. Mazmur inilah yang menginspirasi Luther menulis himne reformasi yang terkenal: A Mighty Fortress Is Our God. Konon, Luther menulis lagu ini saat wabah Black Plague melanda pada musim dingin tahun 1527, yang nyaris merenggut nyawa anaknya. Luther sendiri sedang lemah secara fisik karena kelelahan. Namun, ia mulai merenungkan Mazmur 46, menemukan penghiburan, dan dari sanalah lahir lagu tersebut.
Ada juga kisah luar biasa dari Don Richardson, seorang misionaris yang melayani suku Sawi di Papua. Ia menghabiskan waktu lama mencoba memberitakan Injil, namun terus-menerus ditolak. Suatu hari, saat naik perahu bersama istrinya, dua anak mereka, dan seorang pria Sawi, perahu mereka terbalik. Kedua anaknya terbawa arus. Sungai itu bukan sungai biasa—gelap dan penuh buaya.
Singkat cerita, semua selamat.
Ketika mereka kembali dan orang-orang mendengar kisahnya, seorang tetua Sawi datang kepada Don dan menyatakan ingin percaya.
Don bertanya, “Apa yang membuatmu memilih Tarop (maksudnya Yesus Kristus)?”
Tetua itu menjawab, “Saat aku melihat Tuhan memberimu damai bahkan ketika dua anakmu hampir tenggelam, aku tahu bahwa semua yang kamu katakan tentang Dia pasti benar. Aku percaya bahwa Dia juga bisa melindungi kami.”
Bagaimana kita bisa tetap tenang dan tidak panik saat mendengar kabar buruk atau berada dalam situasi genting?
Kuncinya satu: karena kita memilih untuk percaya.
Karena kita percaya bahwa Tuhan itu baik.
Karena kita percaya bahwa Tuhan memegang kendali atas segalanya, termasuk apa yang terjadi dalam hidup kita.
Karena kita mengizinkan damai sejahtera Tuhan mengalahkan kepanikan kita.
Karena kita percaya bahwa Tuhan menopang kita, dan pada akhirnya, semuanya akan baik-baik saja.
"Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah!"
Kata “diam” dalam bahasa Ibrani berasal dari kata raphah, yang berarti “tenang” atau “melepaskan.”
Saat kita memilih untuk diam, itulah momen ketika kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui bahwa tangan-Nya yang berkuasa, bukan tangan kita. Itulah saat kita menerima bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kita, tapi selalu yang terbaik. Seperti yang ditulis Petrus:
"Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, maka Ia akan meninggikan kamu pada waktunya."
(1 Petrus 5:6, versi TPT)
Tenanglah.
Beristirahatlah.
Lepaskanlah.
Tuhan memegang kendali atas segalanya. Tuhan itu baik.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini

Hidup jarang terbentuk dari momen-momen besar yang dramatis. Lebih sering, ia dibentuk oleh alarm pagi yang berbunyi terlalu cepat, daftar tugas yang belum selesai, dan detik-detik keraguan yang muncul di antara rapat dan waktu makan. Di tengah kesibukan, pergumulan dan tekanan, Tuhan hadir di tengah langkah kecil kita, di antara tugas-tugas yang belum selesai, di dalam keheningan yang kita anggap sepele. Dan di sanalah, kasih karunia-Nya menyapa. Kasih karunia Tuhan cukup—karena kasih karunia-Nya memberi segalanya. Ia tidak menahan apa pun. Ia tidak memberi setengah hati. Ia mencurahkan sepenuhnya.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.thehopemessage.com