Rahmat Limpah Ruah Tiap HariSampel

Rahmat Limpah Ruah Tiap Hari

HARI KE 7 DARI 30

Saat Tuhan Berbisik

Ada masa-masa dalam hidup ketika rasa putus asa seolah menyelimuti kita sepenuhnya. Itu bagian tak terhindarkan dari perjalanan kita—benang kelam yang kadang membelit jiwa.

Inilah kisah Elia. Ia hidup sebagai nabi di masa pemerintahan Raja Ahab, seorang raja yang telah berpaling dari Tuhan.

Hidup Elia jauh dari kata mudah.

Raja Ahab dan istrinya, Ratu Izebel, telah menyesatkan bangsa Israel, membawa mereka menyembah Baal, allah palsu. Elia menantang para nabi Baal dalam sebuah pertarungan iman—untuk membuktikan siapa Tuhan yang sejati. Para nabi Baal melakukan ritual mereka, bahkan melukai diri mereka sendiri dalam semangat yang fanatik, tapi semuanya sia-sia. Lalu Elia berseru kepada Tuhan, dan dalam kuasa ilahi, api turun dari langit dan melahap persembahan Elia—bahkan air di parit sekelilingnya ikut habis terbakar.

Elia menang telak.

Namun ketika Izebel mendengar kekalahan para nabi Baal, ia murka dan bersumpah akan membunuh Elia. Maka, meskipun baru saja mengalami kemenangan besar dan melihat api dari surga, Elia diliputi ketakutan dan melarikan diri.

Ia lari sejauh-jauhnya ke Bersyeba, di selatan Yehuda. Ia meninggalkan pelayannya, lalu berjalan sehari penuh ke padang gurun. Di sana, ia duduk di bawah semak retem dan berkata, “Cukup, Tuhan! Ambil nyawaku—aku sudah siap bergabung dengan leluhurku di kubur.” Lelah dan putus asa, ia tertidur di bawah semak itu.

Putus asa...

Pernahkah kamu mengalaminya juga? Saat kamu baru saja mencapai puncak, tiba-tiba badai datang, ketakutan menyergap, dan sukacita yang baru saja kamu rasakan lenyap begitu saja. Ketakutan menyelinap pelan, dan segalanya terasa gelap dan tak terkendali.

Namun puji Tuhan, sebab Ia adalah Penghibur kita. Ia membangunkan Elia dari tidurnya dan memberinya makanan.

Setelah itu, Elia berjalan selama empat puluh hari, hingga akhirnya ia bersembunyi di sebuah gua. Di sana, Tuhan memanggilnya. Elia, yang masih dipenuhi amarah dan keputusasaan, menjawab dengan keluhan dan kekecewaan.

Lalu Tuhan menunjukkan sesuatu yang luar biasa. Ia mengirim angin besar yang membelah batu, lalu gempa bumi yang mengguncang, dan api yang menyala-nyala. Tapi Tuhan tidak hadir dalam semua gemuruh itu.

Sebaliknya, Tuhan berbisik lembut ke telinga Elia.

Seperti simfoni yang berubah dari dentuman keras menjadi melodi lembut, suara gemuruh itu digantikan oleh bisikan yang menyentuh hati.

Mengapa Tuhan memilih untuk berbisik?

Karena bisikan hanya bisa didengar oleh mereka yang dekat.

Tuhan mengangkat semangat Elia. Ia menempuh perjalanan panjang hanya untuk menyelenggarakan konser pribadi bagi Elia—agar Elia bisa mendengar bisikan-Nya.

Di saat-saat ketika keputusasaan mengancam jiwa kita, jangan menutup hati. Bukalah lebar-lebar dan dengarkan bisikan Tuhan. Sebab dalam hadirat-Nya, kita menemukan pelukan yang penuh kelembutan dan bisikan yang berbicara langsung ke kedalaman jiwa kita. Di momen-momen seperti itulah kita sungguh-sungguh mengalami sentuhan penghiburan dari Tuhan dan menerima damai yang melampaui segala akal.

Pada akhirnya, semua akan baik-baik saja.

Firman Tuhan, Alkitab

Tentang Rencana ini

Rahmat Limpah Ruah Tiap Hari

Hidup jarang terbentuk dari momen-momen besar yang dramatis. Lebih sering, ia dibentuk oleh alarm pagi yang berbunyi terlalu cepat, daftar tugas yang belum selesai, dan detik-detik keraguan yang muncul di antara rapat dan waktu makan. Di tengah kesibukan, pergumulan dan tekanan, Tuhan hadir di tengah langkah kecil kita, di antara tugas-tugas yang belum selesai, di dalam keheningan yang kita anggap sepele. Dan di sanalah, kasih karunia-Nya menyapa. Kasih karunia Tuhan cukup—karena kasih karunia-Nya memberi segalanya. Ia tidak menahan apa pun. Ia tidak memberi setengah hati. Ia mencurahkan sepenuhnya.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.thehopemessage.com