Rahmat Limpah Ruah Tiap HariSampel

Roh Kudus Berdoa untuk Kita
Berapa sering kita mendapati diri kita berseru, merindukan hadirat Tuhan menyelimuti kita? Kita memanggil-Nya, berharap ada koneksi ilahi yang nyata.
Namun, coba renungkan: bagaimana jika Tuhan sebenarnya sudah ada di sini, bersama kita, setia dan tidak berubah?
Pertanyaannya bukan lagi apakah Tuhan hadir, melainkan: apakah kita sungguh hadir dalam hadirat-Nya yang kekal?
Bagaimana kita bisa benar-benar tenggelam dan tetap peka dalam hadirat Tuhan?
Salah satu caranya adalah dengan berdoa dalam bahasa roh. Berbahasa roh adalah karunia yang Tuhan berikan untuk membawa kita masuk ke dalam perenungan dan kehadiran-Nya.
Saat kita berbahasa roh, Roh Kudus berdoa bagi kita—untuk keluhan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Roh Kudus membebaskan kita dari keterbatasan dan keraguan, karena Dialah yang berdoa dan berempati bagi kita, bahkan dalam kelemahan kita.
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa. Tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus."
(Roma 8:26-27, TB)
Bayangkan, misalnya, aku baru saja bertengkar dengan istriku. Dengan hati yang masih kesal, aku masuk ke kamar dan berdoa agar Tuhan mengubah istriku. Tapi saat aku mulai berbahasa roh, Roh Kudus berdoa agar Tuhan mengubah aku. Doa-doaku mungkin tidak selalu tepat, tapi doa Roh Kudus selalu sempurna.
Berbahasa roh bisa dimulai dari keluhan yang dalam, ucapan syukur yang mulia, penyembahan yang penuh sukacita, atau permohonan yang tak henti-henti. Namun pada akhirnya, semua itu membawa kita melampaui permukaan menuju hadirat dan kemuliaan Tuhan yang nyata—hingga kita tersungkur dan menyembah Dia.
Memang, bagi sebagian orang, titik awalnya bisa terasa sulit. Saat mulai berbahasa roh, kita mungkin merasa seperti sedang berpura-pura.
Kita mungkin bertanya, “Apakah aku sedang menipu diri sendiri?” atau “Apa yang keluar dari mulutku ini? Apakah ini hanya omong kosong?”
Namun di titik itulah kita perlu diingatkan akan sifat sakramental dari glossolalia. Sama seperti saat kita mengambil bagian dalam perjamuan kudus—di mana roti dan anggur diubah menjadi sesuatu yang kudus—demikian pula ucapan dalam bahasa roh yang keluar dari mulut kita diberkati oleh Roh Kudus dan diubah menjadi bahasa ilahi. Melalui ucapan itu, Roh Kudus bekerja melampaui apa yang bisa kita doakan dengan pikiran kita. Di sini, kita perlu percaya bahwa Tuhan sanggup dan telah berjanji untuk mengurapi ucapan yang secara semantik mungkin tak bermakna, dan membawanya menjadi doa ilahi kepada-Nya.
(Roma 8:26)
Bagaimana kita memulainya?
Kita melangkah dengan iman—dengan meminta, percaya, dan mulai berbicara.
"Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Lukas 11:13, TB)
Saat ingin belajar berbahasa roh, kita bisa mulai dengan mengucapkan pujian secara berulang. Misalnya, banyak yang menyarankan untuk mengucapkan kata “haleluya” berulang-ulang sampai kita benar-benar tenggelam dalam doa yang dalam. Tentu, ini membutuhkan usaha besar di tengah dunia yang penuh distraksi.
Beberapa orang merasakan sentuhan Tuhan yang nyata dan menangis dengan sukacita. Ada yang merasakan sukacita Tuhan dan tertawa, menari, atau menyanyi. Ada pula yang tidak merasakan emosi apa pun, tapi tahu bahwa damai sejahtera Tuhan menyelimuti hati dan pikiran mereka. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda.
Yang terpenting adalah hadirat Tuhan. Ketika Tuhan membawa kita masuk ke dalam doa ilahi-Nya, kita tidak bisa tidak merasakan kehadiran-Nya yang kuat dan kudus. Persekutuan dengan Roh Kudus memungkinkan kita untuk berserah sepenuhnya dan mengekspresikan diri dengan utuh.
Lalu kita akan mengerti mengapa Daud bebas menari di hadapan Tuhan, meskipun istrinya, Mikhal, tidak memahaminya.
Firman Tuhan, Alkitab
Tentang Rencana ini

Hidup jarang terbentuk dari momen-momen besar yang dramatis. Lebih sering, ia dibentuk oleh alarm pagi yang berbunyi terlalu cepat, daftar tugas yang belum selesai, dan detik-detik keraguan yang muncul di antara rapat dan waktu makan. Di tengah kesibukan, pergumulan dan tekanan, Tuhan hadir di tengah langkah kecil kita, di antara tugas-tugas yang belum selesai, di dalam keheningan yang kita anggap sepele. Dan di sanalah, kasih karunia-Nya menyapa. Kasih karunia Tuhan cukup—karena kasih karunia-Nya memberi segalanya. Ia tidak menahan apa pun. Ia tidak memberi setengah hati. Ia mencurahkan sepenuhnya.
More
Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.thehopemessage.com