Rahmat Limpah Ruah Tiap HariSampel

Rahmat Limpah Ruah Tiap Hari

HARI KE 28 DARI 30

Bebas dari Rasa Bersalah dan Malu

Roma pasal 8 dimulai dengan deklarasi yang kuat tentang kebebasan kita. Roh Allah membebaskan kita dari rasa bersalah dan penghukuman.

Banyak dari kita memikul beban rasa bersalah yang tersembunyi jauh di dalam hati—diam-diam menetap, bahkan ketika kita sudah diajarkan tentang doktrin keselamatan. Rasa bersalah itu tetap enggan pergi.

Tanpa sadar, kita mungkin mencoba menebus rasa bersalah itu—melalui persembahan, pelayanan gereja, atau aktivitas rohani lainnya.

Namun pikirkanlah: saat kita berusaha “membayar kembali” Tuhan, bukankah kita justru sedang meremehkan pengorbanan Kristus yang tak ternilai di kayu salib?

Roh Kudus mengingatkan kita bahwa kita adalah anak-anak Allah yang dikasihi. Ia telah memeteraikan kita dan menjadi jaminan warisan kita yang sempurna. Ia mengingatkan kita bahwa:
"Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."
(2 Korintus 5:21, TB)

Kita telah dibenarkan dan akan selalu benar di hadapan Allah.

Roma 8:14–16 menegaskan:
"Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “Ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah."
(Roma 8:14–16, TB)

Roh Kudus tidak tinggal diam di dalam kita seperti penyewa yang pasif. Ia adalah sumber motivasi kita. Ia menggerakkan hati kita bukan untuk menjalani daftar kewajiban demi bebas dari rasa bersalah, melainkan untuk hidup dalam kasih, damai, dan sukacita yang sejati.

Tindakan kita bukan lagi untuk mencari perkenanan Tuhan atau untuk lepas dari rasa bersalah—melainkan buah dari kesadaran bahwa kita sudah dikasihi dan diterima. Ia akan menuntun kita kepada hidup yang mencerminkan kasih-Nya, bukan kewajiban, bukan tekanan untuk membebaskan diri dari rasa bersalah.

Hati kita sendiri bisa menjadi sumber tuduhan, senjata terakhir dari dosa untuk memisahkan kita dari kasih karunia Tuhan. Tuduhan itu membuat kita merasa tidak layak menerima kasih-Nya, dan kita mulai bertanya, “Benarkah Tuhan bisa menerima aku?”

Di sinilah aspek penting dari iman muncul: menerima bahwa kita telah diterima.
"Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran; maka kita akan menenangkan hati kita di hadapan-Nya, sebab jika kita dituduh oleh hati kita, Allah lebih besar dari hati kita dan Ia mengetahui segala sesuatu."
(1 Yohanes 3:19–20, TB)

Rasa bersalah adalah bagian dari kedagingan kita—cara hidup yang dulu. Tapi Roh Allah memberi kita hidup dan membebaskan kita dari belenggu itu.

Firman Tuhan, Alkitab

Tentang Rencana ini

Rahmat Limpah Ruah Tiap Hari

Hidup jarang terbentuk dari momen-momen besar yang dramatis. Lebih sering, ia dibentuk oleh alarm pagi yang berbunyi terlalu cepat, daftar tugas yang belum selesai, dan detik-detik keraguan yang muncul di antara rapat dan waktu makan. Di tengah kesibukan, pergumulan dan tekanan, Tuhan hadir di tengah langkah kecil kita, di antara tugas-tugas yang belum selesai, di dalam keheningan yang kita anggap sepele. Dan di sanalah, kasih karunia-Nya menyapa. Kasih karunia Tuhan cukup—karena kasih karunia-Nya memberi segalanya. Ia tidak menahan apa pun. Ia tidak memberi setengah hati. Ia mencurahkan sepenuhnya.

More

Kami mengucapkan terima kasih kepada Henry Sujaya yang telah menyediakan rencana ini. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi: www.thehopemessage.com